Jasmev: Calon Gubernur DKI Harus Lebih Kreatif Kampanye di Media Sosial
Strategi yang sama juga dilakukan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kampanye melalui media sosial (dunia maya) di Indonesia pertama kalinya disebut-sebut dilakukan pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2012 lalu.
Strategi yang sama juga dilakukan pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014.
Nah, pada pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2017 ini, strategi yang kurang lebih sama dipastikan akan dilancarkan oleh setiap kandidat.
Hal itu dipastikan oleh Kordinator Jokowi Ahok Social Media Volunteers (Jasmev), Kartika Djoemadi, yang terbilang sukses mengawal pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub DKI 2012.
Kepada wartawan saat ditemui di Veteran Cofee and Resto Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (30/3/2016), Kartika mengatakan mayoritas penduduk DKI Jakarta, memiliki akun media sosial, seperti Twitter, Path, dan Facebook.
"Sembilan puluh persen masyarakat Jakarta menggunakan twitter, sekarang Path sudah delapan puluh persen," ujarnya.
Oleh karena itu merenggut simpati pemilih di Jakarta melalui media sosial, masih merupakan cara yang efektif bagi kandidat untuk memenangkan kompetisi perebutan jabatan Gubernur DKI Jakarta.
Namun kampanye melalui media sosial yang bisa diterima masyarakat saat ini, harus lebih maju di bandingkan dengan apa yang dilakukan pada 2012 lalu.
"Dulu belum banyak kandidat yang menggunakan sosmed secara maksimal, nah sekarang masyarakat sudah lebih pintar," ujarnya.
Kampanye melalui media sosial tidak bisa lagi hanya memanfaatkan tulisan.
Menurut Kartika, kampanye kini sudah harus lebih kreatif dengan menambahkan unsur visual.
Selain itu peserta yang memanfaatkan media sosial, juga tidak bisa menyerang kandidat lain dengan kampanye hitam karena pemilih di Jakarta adalah pemilih rasional.
Menurut Kartika, para peserta pilkada juga harus aktif berinteraksi di dunia maya dengan para pendukung maupun dengan pihak yang membencinya.
Masyarakat Jakarta kata dia tidak akan simpati dengan kandidat yang memiliki akun media sosial, yang hanya mengkedepankan komunikasi satu arah.