Ahok Sebut Warga DKI Tidak Memilih Calon Gubernur Berdasarkan Partai Politik
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan warga Jakarta akan memilih pemimpin tanpa melihat partai politik yang ada di belakangnya
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan warga Jakarta akan memilih pemimpin tanpa melihat partai politik yang ada di belakangnya.
Ahok memberikan contoh apa yang terjadi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2012.
Saat itu, Fauzi Bowo (Foke) yang berpasangan dengan Nachrowi Ramli diusung tujuh partai.
Namun akhirnya, pasangan Joko Widodo dan Ahok yang melenggang mulus menjadi orang nomor satu dan dua di Jakarta.
Saat itu Ahok dan Joko Widodo diusung Partai Gerindra dan PDIP.
Hal itu juga berkaca pada hasil survei yang baru dirilis Charta Politika.
Dari 400 responden yang disurvei Charta Politika, 13 persen memilih Gerindra sebagai partai politik untuk menyalurkan aspirasinya.
Dari para pemilih Partai Gerindra itu, 51,9 persen justru memilih Ahok menjadi calon gubernur DKI Jakarta.
Jadi menurut dia, warga Jakarta sudah pintar memilih.
Bukan partai politik yang dilihat warga, melainkan dari program dan rekam jejak dari calon gubernur dan calon wakil gubernur tersebut.
"Karena memang bukan pilih partai di Indonesia karena orang semua punya kepentingan. Kita sudah buktikan kalau 2012 pemilih PDIP dan Gerindra kan kecil sekali. Pak Foke menggabungkan semua partai toh kalah juga," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta Pusat, Kamis (31/3/2016).
Melihat hasil Pilkada DKI 2012, Ahok menilai masyarakat memilih calon bukan berdasar partai politik.
"Jadi ini bukan soal partai politik. Orang kan juga makin pintar milih orangnya," ujar
Menjelang Pilkada, Ahok mengaku memang ada banyak warga yang tidak suka dengan gaya kepemimpinannya.
Apa lagi bila dilihat dari cara bicaranya yang ceplas-cepkos dan suka marah-marah.
Sedangkan di sisi lain, menut dia, banyak pemilih yang melihat dari kinerja bukan dari cara bicara.
"Ini ada anomali. Biasa ada kepuasan kinerja kamu, elektabilitasnya mengikuti. Mungkin ada faktor primordial ada yang enggak suka gaya saya yang marah. Itu banyak faktor," imbuh dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.