Puti Guntur Soekarno: Jangan Lupakan Sejarah
Puti Gunutur Soekarno, menunjukkan kepiawaiannya berpidato sebagai politisi
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Cucu proklamator RI Soekarno, yang juga putri dari Guntur Soekarno, Puti Gunutur Soekarno, menunjukkan kepiawaiannya berpidato sebagai politisi yang mewarisi darah politik dari Bung Karno. Prokalamtor, sekaligus sang kakek ia hormati, dan ia cintai.
"Alhamdulillah dalam kesempatan ini saya mendapatkan satu kehormatan untuk hadir dalam acara Pagelaran Budaya Sunda di Kota Bekasi ini yang juga mengusung Trisakti Bung Karno," ujar Puti Guntur Soekarno dalam kesempatan orasi di Kota Bekasi, Minggu (17/4/2016) lalu.
Puti mengaku tidak tahu apakah ini satu kebetulan atau memang sudah menjadi jalannya atau garisnya, hadir dalam acara tersebut.
"Saya diundang oleh Bapak Mochtar Mohamad yang sebenarnya undangan baru disampaikan kepada saya itu kira-kira dua hari yang lalu. Tapi karena saya tahu ini adalah bicara masalah kebudayaan maka saya bersedia untuk hadir, saya bersedia hadir karena saya tahu ini bicara masalah Trisakti," katanya.
Bung Karno, kata dia, pernah mengatakan, bahwa di dalam politik, bahkan di dalam Revolusi-pun itu adalah bagian dari kebudayaan.
"Maka tidak salah ketika Bung Karno mengatakan, bahwa hakekat kemerdekaan kita adalah berdaulat di bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan," kata dia.
Bung karno, kata Puti, juga mengatakan untuk menatap masa depan tidak boleh buta. "Maka jadikanlah masa lampau kita sebagai Kaca Benggala untuk menata masa depan. Karena itulah kita perlu berkepribadian dalam kebudayaan ," ujar Puti.
"Pak Mochtar bilang, gedung ini,rumah ini, dinamakan Chandrabaga. Kalau Bapak-Ibu yang hadir disini tahu apa itu Candrabhaga, pada zaman dahulu kala Chandrabhaga adalah merupakan awal cikal bakal dari nama Kota Bekasi," katanya.
Diceritakan, pada zaman Kerajaan Tarumanegara Raja yang terkenal Raja Purnawarman menggali Kali yang membelah Bekasi, ini adalah kali Chandrabhaga, maka dengan selanjutnya kata Baga menjadi Bagasi dan selanjutnya timbulkan kata Bekasi untuk Kota Bekasi ini.
"Ini yang dinamakan sejarah, jasmerah, jangan sekali-kali melupakan sejarah," katanya.