Muhammadiyah Diminta Keluarga Pekerja Kebersihan JIS Bongkar Rekayasa Kasus Seperti Siyono
Keluarga para pegawai kebersihan di Sekolah JIS berharap PP Muhammadiyah turut mengungkap adanya dugaan rekayasa yang menyeret lima pegawai sekolahan
Editor: Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga para pegawai kebersihan di Sekolah Jakarta International School (JIS) berharap PP Muhammadiyah turut mengungkap adanya dugaan rekayasa yang menyeret lima pekerja kebersihan .
Apalagi satu dari tersangka bernama Azwar tewas ketika menjalani pemeriksaan polisi.
Harapan tersebut disampaikan lantaran keberhasilan tim PP Muhammadiyah mengungkap dugaan adanya tindak kekerasan dalam kematian Siyono yang diduga dianiaya Densus 88.
Para keluarga terdakwa pegawai kebersihan JIS itu berharap PP Muhammadiyah juga berani mengungkap adanya rekayasa dalam kasus kekerasan seksual di JIS yang membuat pekerja kebersihan dipenjara 7-8 tahun penjara.
Ali Subrata, orangtua Zainal Abidin mengaku bahwa pengungkapan kasus Siyono memberikan harapan akan adanya keadilan terhadap para terpidana kasus JIS.
Menurutnya, sejak kasus ini muncul pada April 2014, tidak ada satupun bukti yang bisa menunjukkan bahwa pekerja kebersihan telah melakukan tindak pidana yang dituduhkan.
Proses pemeriksaan di polisi, lanjut Ali penuh dengan pemaksaan dan kekerasan. Bahkan salah satu pekerja kebersihan yaitu Azwar, tewas saat penyidikan di Polda Metro Jaya.
Seperti halnya kasus Siyono di Jawa Tengah, kematian Azwar juga penuh dengan keganjilan.
Menurut Zainal. polisi dalam keterangannya hanya mengatakan bahwa Azwar tewas akibat minum cairan pembersih kamar mandi. Sementara wajah Azwar penuh luka lebam dan bibir pecah.
“Saya percaya bahwa rangkaian kejanggalan dalam penerapan hukum serta kematian alm. Azwar yang tidak wajar adalah kunci utama untuk mengungkap ketidakadilan dalam kasus ini. Kasus JIS ini adalah bukti bahwa orang-orang kecil selalu dikorbankan untuk kepentingan uang dan orang kaya,” jelas Ali Subrata dalam keterangan yang diterima mediaTribunnews.
Istri Agun, Narti menambahkan, sampai hari ini keluarga tetap yakin bahwa kasus JIS adalah rekayasa untuk kepentingan uang.
Apalagi selama suaminya menjalani persidangan, tidak ada bukti medis yang menbuktikan bahwa anak yang jadi korban mengalami sodomi.
“Bukti-bukti yang ditunjukkan di persidangan dari semua rumah sakit tidak bilang anak itu korban sodomi. Kami mohon Muhammadiyah tidak hanya mengungkap kasus Siyono, kasus JIS ini juga sangat mengerikan bagi kami,” ujar Narti yang masih mengandung 7 bulan saat Agun di jadikan tersangka kasus ini.
Sebelumnya tim hukum PP Muhammadiyah berhasil mengungkap penyebab kematian Siyono, warga Klaten, Jawa Tengah terduga teroris.
Hasil autopsi yang melibatkan PP Muhammadiyah, Komnas HAM dan Persatuan Dokter Forensik Indonesia terhadap jenazah menunjukkan bahwa Siyono meninggal karena patah tulang di bagian dada yang mengarah ke jaringan jantung.
Hasil forensik juga tak menunjukkan ada tanda-tanda perlawanan atau tangkisan dari Siyono. Tim forensik yang diketuai oleh Gatot Suharto juga menemukan luka ketokan di kepala, tapi hal itu tidak menyebabkan perdarahan atau kematian.