Penghuni Kontrakan Tempat Enno Dibunuh Trauma dan Ketakutan
Di TKP tersebut kini yang tersisa hanya trauma yang mendalam bagi para rekan korban.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG - Sunyi dan sepi begitulah yang bisa digambarkan di lokasi pemerkosaan dan pembunuhan Enno Farihah di Kosambi, Tangerang.
Bulu kuduk pun terasa merinding mendekati tempat kejadian perkara (TKP) di kala malam.
Enno dihabisi secara bengis oleh para pelaku dengan menggunakan gagang cangkul.
Di TKP tersebut kini yang tersisa hanya trauma yang mendalam bagi para rekan korban.
Lokasi pemerkosaan dan pembunuhan berada di mess karyawan PT Polyta Global Mandiri.
Korban memang merupakan buruh pabrik di PT tersebut.
Mess itu tampak terlihat seperti kontrakan. Deretan kamar berjajar untuk tempat tidur karyawan.
Di lokasi ini terbagi menjadi dua mess. Mess untuk pria dan khusus wanita.
Kontrakan yang diperuntukan pria berada persis di sisi jalan raya. Sedangkan mess wanita berada di sisi belakang kontarakan pria.
Ada sekitar lebih dari 10 kamar di setiap mess. Kamar - kamar tersebut saling berhadapan dan bersebelahan membentuk huruf U.
Di depan halaman mess ada pintu gerbang berbahan besi. Bahkan di kontrakan itu juga terdapat sekuriti yang berjaga.
Adela (20) yang merupakan teman seprofesi dengan korban tak dapat menyembunyikan kesedihannya.
Ia juga tinggal di mess tersebut dan kamarnya berdekatan dengan Enno.
Wanita asal Ambon itu juga mengaku ketakutan pascaperistiwa pemerkosaan dan pembunuhan terhadap korban.
Adel mengungkapkan semua penghuni di mess wanita tersebut tidak ada berani lagi yang tinggal di tempat itu.
"Trauma, semua pada pindah. Kami ketakutan," ujar Adel saat ditemui Warta Kota di mess pria dekat TKP pembunuhan Enno pada Jumat (10/6/2016) malam.
Di lokasi itu pun tak ada satu penghuni yang masih tinggal di mess wanita.
Keadaan mendadak sepi dan terasa membuat perasaan ini begitu menakutkan.
Daun pintu berwarna putih di mess wanita itu tertutup rapat - rapat.
Semua teman Enno yang tinggal di tempat tersebut angkat kaki dari lokasi.
"Sudah enggak ada yang berani lagi nempatin mess itu. Ada yang pindah cari kontrakan di tempat lain dan ada juga yang tinggal gabung di mess pria," ucapnya.
Adel menuturkan tinggal di mess pria memberikan rasa aman. Mereka merasa trauma dan tak ingin kejadian itu terulang lagi.
"Kami kalau tinggal di mess pria kan ada yang jagain, pabrik juga dekat dari sini. Kalau masih tinggal di mess wanita takut dan sering kepikiran dia (Enno)" kata Adel.
Yahya (26) satu dari penghuni mess pria mengatakan kecolongan peristiwa pembunuhan itu bisa terjadi. Padahal penjagaan memang dilakukan di sekitar mess.
"Kami kecolongan, kan mess pria ada di depan mess wanita, harusnya kami tahu waktu kejadian itu," ungkap Yahya.
Ia pun berujar bahwa ada orang dalam juga yang terlibat pada kasus ini. Rahmat Arifin merupakan satu dari tersangka perkara pembunuhan Enno.
"Kamar dia (Rahmat Arifin) juga ada di mess pria ini. Kami juga enggak nyangka kalau dia tega dan ikut terlibat dalam kasus ini," tutur Yahya.
Kamar Rahmat Arifin berada di paling depan mess. Letaknya di sisi kanan bersampingan dengan gerbang mess.
Pintu kamar Rahmat Arifin tertutup dan terkunci. Masih terpasang garis polisi di depan kamar tersangka.
Rahmat Arifin juga bekerja di tempat yang sama dengan korban.
Menurut Adel, tingkah laku Rahmat Arifin bertolak belakang dengan sifat kesehariannya.
Setiap berkumpul dengan teman - temannya, Rahmat Arifin begitu menyenangkan. Ia selalu mengocok perut rekan - rekannya dengan candaanya itu.
"Enggak ada hubungan spesial antara Enno dan Rahmat Arifin. Saya juga enggak tahu Enno punya musuh atau ada yang benci atau enngak, dia orangnya tertutup juga kalau ada masalah," papar Adel.
Hal senada disampaikan Sari (23) teman korban. Sari menuturkan korban mempunyai karakter yang riang apabila berkumpul bersama tapi pandai menyembunyikan sesuatu jika dihinggapi masalah.
"Di dunia maya juga begitu. Enggak pernah buat status di Facebook-nya tentang permasalahannya. Dia (Enno) enggak mengumbar kegalauan atau ada masalah dengan orang lain," ucap Sari.
Penulis: Andika Panduwinata