Sopir Bajaj Kesal Dilarang Lewat di Depan Istana Presiden Jakarta
Keluhan tersebut seperti yang disampaikan oleh Warto (54) supir bajaj BBG di Stasiun Gambir.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Larangan bajaj melintas di Lingkar Monumen Nasional (Monas), khususnya Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Medan Merdeka Barat, secara langsung menuai penolakan sejumlah sopir bajaj yang biasa mangkal di Stasiun Gambir, Gambir, Jakarta Pusat.
Ini termasuk larangan melintas di depan Istana Presiden Jakarta.
Pasalnya, jika larangan itu keluar maka sejumlah sopir bajaj memperkirakan akan kehilangan penumpang.
Keluhan tersebut seperti yang disampaikan oleh Warto (54) supir bajaj BBG di Stasiun Gambir.
Sebab, walau diakuinya pengalihan rute tersebut tidak terlalu dipermasalahkan lantaran bajaj yang berasal dari Jalan Medan Merdeka Timur, atau Stasiun Gambir menuju Harmoni dapat melintas di Jalan Perwira, depan Masjid Istiqlal menuju Jalan Lapangan Banteng Barat melintasi Jalan Veteran, rekayasa lalulintas tersebut dapat mengurangi pesanan penumpang yang berkeliling Monas dengan menumpang bajaj.
Sebab, menurutnya, bukan hanya sejumlah pekerja kantoran ataupun masyarakat yang menumpang untuk bepergian di sekitar Lingkar Monas, tetapi tidak sedikit juga penumpang yang sengaja menumpang bajaj seperti miliknya untuk sekadar berkeliling Monas.
"Orang yang naik bajaj kan bukan orang kantoran di seputaran Monas aja, tapi juga orang daerah yang baru dateng ke Jakarta, mereka pengen naik bajaj sembari keliling Monas. Nah kalo dilarang, bukan cuma tukang bajaj yang kehilangan penumpang, penumpangnya sendiri juga kasian," ungkap Warto, Selasa (19/7/2016).
Hal senada juga disampaikan Ilyas (48) rekan yang Warto, dirinya mengaku keberatan dengan rekayasa tersebut lantaran menuduh bajaj turut menyumbang kemacetan tidak benar.
Karena menurutnya, penyumbang kemacetan terbesar bukanlah bajaj, tetapi masifnya masyarakat yang mengendarai kendaraan pribadi.
"Apa-apaan kalo kita (bajaj-red) dituduh jadi biang macet, yang ada juga macet karena mobil murah, orang-orang jadi banyak yang beli mobil terus pulang-pergi kantor naik mobil sendiri. Aneh-aneh aja pemerintah, jangan cari alesan buat ngapusin kita, soalnya kita juga udah jadi simbolnya Jakarta," ungkapnya kesal.
Seperti diketahui sebelumnya, Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi Jakarta Pusat (Sudinhubtrans) berencana akan menutup Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Medan Merdeka Barat khusus bajaj.
Hal tersebut lantaran dinilai Transportasi Umum Jenis IV itu turut memicu kemacetan.
Penulis: Dwi Rizki