Pengamat: PDIP Realistis Ingin Ahok, Ketimbang Risma Belum Tentu Terpilih
Menurut Ray, sinyal itu terlihat dari pertemuan antara Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ahok dan Djarot hari ini.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tersirat secara tegas kemungkinan PDI-Perjuangan akan mendorong pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat (Djarot) untuk kembali menjadi pasangan calon pada Pilkada DKI 2017.
Demikian menurut Pengamat politik dari Lingkar Madani (LIMA) Indonesia Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Kamis (18/8/2016).
Menurut Ray, sinyal itu terlihat dari pertemuan antara Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ahok dan Djarot hari ini.
Mengapa? Ray melihat bagi PDI-Perjuangan ini adalah langkah paling realistis pun sekaligus strategis.
Realistis sebab memang elektabilitas Ahok sudah mulai mapan di kisaran 50 persen.
"Mendorong calon alternatif dengan waktu yang mepet jelas penuh resiko. Lebih-lebih calon yang dimaksud adalah Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharani (Risma). Jakarta belum tentu dapat, tapi Surabaya dan umumnya Jatim dengan sendirinya lepas," ujar Ray.
Keputusan strategis jika kembali menduetkan Ahok-Djarot karena secara politik, Ahok bukanlah ancaman bagi PDI-Perjuangan.
Sekalipun Ahok terlebih dahulu didukung oleh NasDem, Hanura dan Golkar namun hubungan Ahok dengan PDIP diikat oleh ikatan poltik yang berlipat-lipat.
Selain Djarot sebagai wakilnya, imbuhnya, hubungan Ketua Umum PDI-Perjuangan dengan Ahok yang sebenarnya adalah tanpa konflik.
Di luar itu, ada Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang juga adalah kader PDI-Perjuangan.
Apalagi kerjasama Ahok dengan Presiden Jokowi sudah lama terbina. Dengan sendirinya pengelolaan Jakarta bisa tetap dalam desain politik Presiden Jokowi.
Hal lain adalah posisi Djarot sebagai wakil akan berpotensi sebagai figur politik baru untuk DKI paska-Ahok.
"Posisi Ahok tanpa partai itu memberi keuntungan politis bagi Djarot untuk terus menjadi tokoh baru dalam arus politik DKI," jelasnya.
Artinya, lanjutnya, setelah Ahok, PDI-Perjuangan telah memiliki calon kuat untuk memenangkan dan memimpin Jakarat.
Dengan kalkulasi ini, politik elektoral nasional PDI-Perjuangan untuk tetap dominan di Pulau Jawa tetap terjaga.
Selain DKI, PDI-Perjuangan juga punya potensi menguasai Banten, Jawa Tengah, dan tentunya Jawa Timur.