Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Komisi IV Ancam Tak Setujui Dana Pembangunan Pasar Modern di Muara Baru‎

"Kenapa nggak sekalian bangun 58 lantai biar mengalahkan menara BCA, biar sekalian ada restorannya juga," canda Daniel.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Komisi IV Ancam Tak Setujui Dana Pembangunan Pasar Modern di Muara Baru‎
Warta Kota/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Pedagang Ikan tertidur pulas di lapak pelelangan ikan Pelabuhan Nizam Zachman, Muara Baru, Jakarta Utara, Senin (10/10/2016). Ribuan Nelayan, Pedagang Ikan dan Sentra Perikanan, melakukan aksi mogok kerja terkait kenaikan uang sewa lahan. Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  -  Aksi penggusuran paksa yang akan dilakukan Perum Perikanan Indonesia (Perindo) kepada para pengusaha perikanan di Pelabuhan Muara Baru membuat geram Komisi IV DPR RI.

Apalagi, dampak penggusuran tersebut sangat dirasakan para nelayan, buruh, anak buah kapal (ABK), dan tenaga kerja lain yang menggantungkan hidupnya di industri perikanan.

"Kami harus menanyakan hal ini kepada Perindo, kenapa sampai menggusur paksa para pengusaha kecil, menengah, dan besar yang sudah menggerakan ekonomi masyarakat di wilayah Muara Baru," kata Daniel Johan, anggota Komisi IV DPR RI saat sidak di Pelabuhan Muara Baru, Selasa (11/10/2016).




Menurut politikus PKB ini, kalau hanya untuk membangun pasar ikan modern 20 lantai, apakah tidak mubazir‎. Karena wilayah yang akan dibangun pasar ikan tersebut merupakan lahan bisnis.

"Kenapa nggak sekalian bangun 58 lantai biar mengalahkan menara BCA, biar sekalian ada restorannya juga," canda Daniel.

Dia menambahkan, jangan sampai‎ pembangunan pasar modern ini hanya akal-akalan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) untuk mengalihkan dana yang diperuntukkan bagi pembangunan UPT (tapi mangkrak).  Karena programnya menteri KKP tidak jalan, akhirnya dialihkan ke Perindo untuk kepentingan bisnis terselubung.

"Kami tidak akan menyetujui usulan dana Rp 250 miliar untuk pembangunan pasar modern tersebut sebelum jelas duduk persoalannya. Jangan sampai Perindo yang kelola karena BUMN ini bukan fokus mencari keuntungan. Komisi IV juga tidak pernah berpiki‎r BUMN harus untung tapi mengorbankan banyak pihak seperti nelayan," paparnya.

BERITA TERKAIT

‎Ditambahkan Ono Surono, ada lima‎ hal yang ditanyakan kepada para pengusaha perikanan, apakah benar ada mafia di Pelabuhan Muara Baru. Kemudian data dampak kerugiannya kepada pengusaha perikanan bila Perum Perikanan Indonesia (Perindo) tetap memberlakukan kenaikan sewa lahan 450 persen dan hanya 5 tahun.

‎"Kami ingin tahu dampak kebijakan Perindo ini seperti apa terhadap industri perikanan. Sebab setahu kami, mogok kerja ini adalah jalan terakhir bagi nelayan dan pengusaha perikanan karena kerugiannya besar loh dibanding mereka demo," kata politikus PDIP ini.

Selain itu, lanjutnya, hal lain yang dipertanyakan adalah penerapan tarif BBM (solar) oleh Perindo sebesar Rp 6000. Kenapa sampai harus ditentukan Perindo.

‎Ketua Paguyuban Pengusaha Perikanan Muara Baru Tachmid Widiasto Pusoro‎ mengatakan, pihaknya bukan menolak untuk penataan. Namun, mereka hanya minta diberikan kepastian setelah ditata status pengusaha lama bagaimana.

Mengenai mafia, Tachmid menegaskan, tuduhan tersebut tidak berdasar. Karena kalau mafia bisa mengatur dan mengendalikan usaha perikanan. Di Muara Baru, ada pengusaha skala kecil, menengah, dan besar. Masing - masing mempunyai skala usaha yang berbeda, jadi wajar kalau pabrik besar punya lahan besar. Perindo hanya akal - akalan untuk mencari celah agar ambisi mereka tercapai dengan merugikan banyak pihak.

"Jadi bagaimana ada mafianya wong yang besar saja cuma dua hektare lahan yang disewanya. " ujarnya.

‎Soal lahan disewakan kembali, Tachmidi menjelaskan, pengusaha menyewa lahan posisi kosong. Kemudian dibangun cool storage dan disewakan. "Apa salahnya. Ini statusnya seperti Gelora Bung Karno yang disampingnya dibangun Plaza Senayan, kan Sekretariat Negara tidak tanya-tanya. Mereka bukannya menyewakan lahan, tapi menyewakan ruangan pendingin. Perum Perindo ini selalu membuat pernyataan yang sama sekali tidak benar " ucapnya.

Tachmidi lagi-lagi menegaskan sewa lahan Rp 365 ribu meter per segi sangat tidak masuk akal. Sebagai perbandingan di Thailand sewa lahan Rp 11 ribu meter per segi. Di Muara Baru Rp 65 ribu per meter, nanti naik lagi Januari dan seterusnya sampai 365 rb sehingga kalau dihitung-hitung dalam lima tahun kenaikannya 450 persen. Bahkan tahun 2021 dengan kenaikan development charge menjadi 7.5859% dan NJOP tarif sewa bisa naik 1000%.

"Bagaimana kita bisa bersaing dengan negara lain kalau iklim berinvestasi di Indonesia seperti ini. Kami pengusaha sudah berusaha memberdayakan nelayan dan tenaga kerja di kawasan Muara Baru, tapi bila kami diusik, otomatis berimbas kepada rakyat kecil lagi," pungkas Tachmidi. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas