Merobohkan Gedung Bank Panin di Bintaro Ternyata Susah Banget, Dinamit Sengaja Tak Digunakan
"Begitu mau menempatkan dinamit, mau ditempatkan di mana? Pasti di kolong, dibor. Sekarang saya tanya, siapa yang berani masuk ke dalam untuk ngebor?
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN- Penggunaan dinamit untuk merobohkan gedung mangkrak tidak menjadi pilihan kontraktor pelaksana pembongkaran gedung Panin Bank di Bintaro Sektor 7, PT Wahana Infonusa.
Hal itu dikarenakan tidak memungkinkan untuk menanam dinamit atau menaruhnya di bagian dalam gedung yang dinilai sudah tidak stabil.
"Begitu mau menempatkan dinamit, mau ditempatkan di mana? Pasti di kolong, dibor. Sekarang saya tanya, siapa yang berani masuk ke dalam untuk ngebor?" kata Project Manager PT Wahana Infonusa, Ari Yudhanto, Selasa (18/10/2016) sore.
Pernyataan Ari didasarkan pada kondisi gedung belasan lantai tersebut yang sudah mangkrak selama 21 tahun. Ditambah lagi, sebagian dari gedung tersebut sempat roboh ketika hendak dibongkar sendiri oleh tukang bangunan upahan Panin Bank pada Juni 2016 lalu, sehingga kondisinya kini tidak stabil.
"Kalau mau pakai dinamit, bisa cepat roboh. Tetapi, harus mempertimbangkan masalah izin. Lalu, di Indonesia, belum ada kontraktor yang punya kemampuan pas untuk itu. Dinamit itu juga tidak murah," tutur Ari.
Dia meyakini, sampai sekarang, metode perobohan yang dipilih pihaknya adalah yang paling baik, yaitu dengan pembebanan. Metode pembebanan yang dimaksud yaitu menaruh ratusan karung pasir ke puncak gedung, dengan bobot satu karung pasir sekitar satu sampai satu setengah ton.
Karung diletakkan di titik-titik tertentu yang telah ditandai dengan prediksi gedung dapat roboh secara progresif dari atas ke bawah. Ari mengakui, butuh waktu lebih lama agar gedung bisa roboh dengan metode pembebanan. Tetapi, dampak buruk terhadap aspek keamanan, keselamatan, dan lingkungan dari metode ini sangat minim.
"Setelah berkoordinasi dengan TABG (Tim Ahli Bangunan Gedung) dari Pemkot Tangsel, kami diminta untuk lebih mengutamakan kepentingan bersama. Kalau pakai dinamit itu, dinding-dinding bangunan sekitar bisa pecah, harus steril radius berapa ratus meter. Itu untuk ukuran dinamit yang biasa," ujar Ari.
Penulis: Andri Donnal Putera