Tanggapi Kritik Ahok, Plt Gubernur DKI: Kalau Airnya Kotor Jangan Gelasnya yang Dipecahin
"Kalau kita mau menyelesaikan persoalan, kebudayaan Betawi itu isinya jangan penah dibongkar,' kata Soni Sumarsono.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta non-aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengkritik Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Soni Sumarsono, karena memberi dana hibah kepada Badan Musyawarah (Bamus) Betawi sebesar Rp 5 miliar.
Menanggapi hal itu, Soni Sumarsono menyatakan tetap akan memberikan dana sebesar itu kepada Bamus Betawi.
"Saya kira gini. Kalau kita mau menyelesaikan persoalan, kebudayaan Betawi itu isinya jangan penah dibongkar. Sama dengan membunuh tikus (malah) membakar rumah. Jangan airnya yang kotor, kemudian gelasnya yang dipecahkan. Kebudayaan Betawi itu sakral untuk memimpin Jakarta," kata Soni Sumarsono di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (25/11/2016).
Baca: Ahok Kritik Rencana Pemprov DKI Beri Dana Hibah Rp 5 Miliar Untuk Bamus Betawi
Soni Sumarsono menambahkan, jangan pernah membangun di atas pondasi meja yang rapuh.
Menurutnya, jika tidak mendekatkan diri dengan kebudayaan Betawi, maka sama saja kita merapuhkan pondasi itu.
"Karena itu, saya punya prinsip kita dorong kebudayaan Jakarta, Bamus itu alatnya. Kalau ada yang salah-salah soal politik, kita bisa arahkan, kita bisa ingatkan. Kita bisa bina, karena memang tujuan pemerintah adalah membina masyarakat, prinsipnya adalah itu," tuturnya.
Anggaran tersebut, lanjut Soni Sumarsono, sebelumnya hanya distop.
Karena itu tidak ada salahnya kembali dianggarkan.
Namun, pencairannya tidak dilakukan semua, hanya separuh.
"Hal ini sama seperti waktu saya jadi Plt di Sulawesi Utara. Beberapa kali saya diingatkan oleh Minahasa, tidak mungkin saya membangun Sulut tanpa Minahasa. Sama dengan itu posisinya," cetusnya.
Menurut Soni Sumarsono, hal ini sama seperti Indonesia yang mayoritas sukunya adalah Jawa.
Kata dia, bagaimana orang bisa jadi presiden kalau melupakan budaya Jawa.
Ia menyebutnya sebagai kultural.
"Sama seperti di sini Betawi. Memimpin Jakarta itu harus menguri-uri, mengelus-elus, memelihara, menjaga kebudayaan Betawi jangan sampai mati," imbuhnya.
Bamus itulah menurut Sumarsono, sebagai alat untuk mengembangkan budaya Betawi.
"Karena, di mana pun jangan pernah melupakan Betawi. Betawi adalah Jakarta, Jakarta adalah Betawi," tegasnya. (*)
Penulis: Mohamad Yusuf