Bareskrim Bedah Buku dan Terkuak Fakta Mengejutkan Buku Jokowi Undercover
Ada hal tak terduga yang ditemukan setelah polisi melakukan penelusuran lebih dalam.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Robertus Rimawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada hal tak terduga yang ditemukan setelah polisi melakukan penelusuran lebih dalam.
Setiap penulis yang memiliki kapabilitas tak hanya punya konsep dalam menulis namun juga dilengkapi dengan fakta, data akurat serta metodologi penulisan yang berlaku.
Nah kali ini penyidik Bareskrim yang menelusuri Bambang Tri, tersangka dugaan penyebaran ujaran kebencian dan berbau SARA dalam buku Jokowi Undercover menemukan hal yang mengejutkan.
Tercatat sudah lima hari ini Bambang Tri ditahan di tahanan Polda Metro Jaya.
Sebelumnya Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sudah meminta penyidiknya melakukan bedah buku terhadap buku setebal 400 halaman itu.
"Saya sudah perintahkan tim Bareskrim untuk bedah buku, dilihat fakta-faktanya karena di dalam dunia penulisan harus ada metodologi," terang Tito Karnavian, Rabu (4/1/2017) di Mabes Polri.
Metodologi yang dimaksud Tito Karnavian yakni harus ada data pendukung.
Di mana dalam buku itu, Bambang Tri menyatakan bahwa Presiden Jokowi adalah keturunan dari golongan tertentu.
Sehingga hal itu harus didukung data, namun itu tidak dilakukan oleh Bambang Tri.
"Kami tanya ada gak data sekunder soal maaf, Bapak Jokowi ini keturunan dari "A", lalu dia katakan itu didapat dari orang lain. Orang lain tahu mungkin merujuk satu buku referensi yang tidak ada. Jadi memang dia (bambang Tri) hanya menganalisis sendiri, berdasarkan foto diitung sendiri, dia gak punya kemampuan," tegas Tito Karnavian.
Mantan Kapolda Metro Jaya ini menambahkan ternyata Bambang Tri juga tidak lulus S1 melainkan hanya lulusan SMA.
Penyidik juga sempat melakukan interview pada Bambang Tri, hasilnya intelektual Bambang Tri relatif menengah ke bawah.
"Pendapat saya, dia tidak memiliki kemampuan metodologi untuk melakukan penelitian melalui buku. Ini data pendukungnya tidak ada sama sekali makanya kami berani menetapkan bahwa itu bohong," imbuhnya.