Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ayah Meninggal Ibu Kawin Lagi, Kisah Sedih Kakak Beradik yang Ditelantarkan dan Nasibnya Kini

Rumah yang ditempati pun tergolong tak layak. Listrik di rumah mati, sementara air tergolong tak laik.

Editor: Robertus Rimawan
zoom-in Ayah Meninggal Ibu Kawin Lagi, Kisah Sedih Kakak Beradik yang Ditelantarkan dan Nasibnya Kini
Kahfi Dirga Cahya
Dari kiri, Soni (16) dan Marcel (3), anak yang ditinggal orangtua di Perumahan Bugel Mas Indah, Tangerang, Rabu (4/1/2017). Soni dan Marcel tinggal bersama Desi, tantenya yang mengidap gangguan jiwa. Kedua anak itu ditinggal sang ibu menikah lagi dan sang bapak meninggal dunia. 

TRIBUNNEWS.COM - Marcel (3) tampak terdiam sambil duduk di ruang tamu. Tangan kanannya memegang sepotong roti isi cokelat yang mengering.

Kepalanya sedikit menengadah.

Dia tak bisa berbicara dan berjalan dengan normal. 

Tepat di sampingnya, ada Soni (16), kakak dari Marcel. Mata Soni tampak sayu. Badannya tampak lesuh karena tengah demam.

Kedua anak itu tinggal dalam rumah bersama Desi, saudara kandung dari orangtua Soni dan Marcel.

Namun, menurut puskesmas setempat, Desi memiliki gangguan jiwa sehingga tak bisa beraktivitas seperti biasa.

Rumah yang ditempati pun tergolong tak layak. Listrik di rumah mati, sementara air tergolong tak laik.

BERITA TERKAIT

Barang-barang di rumah tampak berantakan. Hanya satu kamar yang ditempati. Itu pun ditempati oleh Desi.

Sementara itu, Soni dan Marcel tidur di ruang tamu dengan kasur yang sudah usang.

"Ibu sudah lama pergi, kalau bapak meninggal," kata Soni bercerita kepada Kompas.com di rumahnya, Perumahan Bugel Mas Indah Blok D2 Nomor 15, Tangerang, Rabu (4/1/2017).

Dari cerita Soni, ayahnya meninggal sejak dua tahun lalu karena komplikasi penyakit.

Sementara itu, sang ibu memilih untuk pergi meninggalkan dia dan Marcel karena menikah dengan pria lain.

Soni merupakan anak pertama, sedangkan Marcel adalah anak keempat.

Sang ibu memilih untuk membawa anak kedua dan ketiga.

Soni tak mengetahui alasan sang ibu meninggalkan dia dan si bungsu.

Sang ibu bertemu dengan Soni sekali dalam satu pekan dan memberikan uang Rp 30.000.

"Tiba-tiba (ibu) pergi dan saya enggak tahu kalau ibu sudah menikah," ujar Soni.

Alhasil, Soni yang putus sekolah sejak kelas satu SMP itu harus berjibaku menghidupi dia dan sang adik.

Soni bekerja mulai dari membantu pedagang nasi goreng hingga pedagang kopi.

Saat membantu pedagang nasi goreng, ia harus bekerja dari sore hingga tempat dagang tutup.

Sebagai imbalan, Soni diberikan upah Rp 10.000 dan satu porsi nasi goreng.

"Nasi goreng itu buat saya dan Marcel makan malam. Saya bangunin dia saat malam untuk (sekadar) makan," kata Soni.

Namun, Soni berhenti dan berpindah kerja membantu warung kopi. Dia bekerja dari pagi hingga larut malam.

Di sana, Soni diberikan upah Rp 10.000 dan dua potong roti untuk makan pagi.

Soni bercerita, sehari-hari ia dan si bungsu makan dengan lauk tahu dan tempe.

Mereka makan saat Soni pulang kerja, sementara Desi makan dengan uang sendiri.

Soni juga kerap dibantu diberi makan oleh tetangga dan pemerintah.

Namun, kondisi dia tak urung membaik.

Kini Soni tak memiliki tujuan selain menghidupi sang adik.

Rasa sayangnya dengan sang adik membuat dia rela banting tulang untuk sekadar memberikan sesuap nasi kepada Marcel.

Diurus Dinsos Tangerang

Soni (16) dan Marcel (3) kini bisa bernapas lega. Mereka tak perlu lagi tinggal di tempat pengap, kotor, dan serba terbatas.

Kakak-beradik yang ditinggal pergi orangtua itu kini berada di Rumah Singgah Dinas Sosial Kota Tangerang.

Keputusan ini diambil setelah Pemerintah Kota Tangerang turun tangan merespons isu penelantaran anak tersebut.

Selama ini, Soni dan Marcel dulu tinggal di rumah tak laik. Ia satu rumah dengan adik dari sang ibu, Desi.

Namun, Desi terindikasi mengidap gangguan mental berupa Skizofrenia. Desi pula yang mengurus Marcel sejak kecil setelah ditinggal sang ibu.

Meskipun begitu, Marcel tak mendapatkan perawatan laik, sehingga Marcel nampak tak terurus dengan pakaian serba kotor dan lingkungan tak sehat.

Tak mudah memisahkan kakak-beradik itu dari Desi. Petugas dari Pemkot Tangerang harus melakukan pendekatan perlahan karena kekhatwatiran soal gangguan mental Desi.

Hingga akhirnya, setelah pendekatan selama kurang lebih tiga jam, petugas berhasil memisahkan Desi dengan Soni-Marcel.

Pemisahan itu pun sempat diwarnai dengan memuncaknya emosi Desi. Wanita itu meracau tak jelas ketika Soni dan Marcel akan dipindahkan.

Beruntung, aparat keamanan setempat berhasil meredam dan membawa ke rumah sakit. Kakak-beradik itu kini akan mendapatkan perawatan khusus.

Untuk Marcel, pemerintah harus bekerja keras dalam memberikan perawatan. Sebab, kondisi fisik Marcel nampak memprihatinkan.

Dia belum bisa berjalan karena kakinya terlihat tak sempurna. Marcel juga belum bisa berbicara.

Sementara itu, Soni akan diberikan terapi penghilang trauma lantaran nampak tertekan. Ia akan kembali melanjutkan sekolah yang sempat terputus di kelas satu SMP.

Di rumah singgah, kedua anak itu juga akan mendapatkan makanan hingga pakaian yang cukup.

Kendati demikian, Kepala Dinas Sosial Kota Tangerang Rahmat masih mengupayakan agar Soni dan Marcel bertemu dengan M, ibu dari kedua anak itu.

Pertemuan itu untuk memastikan soal pengasuhan Soni dan Marcel.

Rahmat tak mau gegabah mengambil keputusan sebelum ada pernyataan dari M yang sudah menikah lagi itu, apakah sanggup atau tidak mengurus Soni dan Marcel.

M akan dipanggil pada hari Kamis (5/1/2017) untuk dimediasi kembali dengan anak-anaknya. (Kompas.com/Kahfi Dirga Cahya)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas