BNN Sebar Nomor Agar Masyarakat Bisa Laporkan Pengedar Tembakau Gorila
Permasalahan tembakau Gorila mencuat kembali usai insiden pilot Citilink yang diduga mabuk saat hendak terbang.
Penulis: Valdy Arief
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) mulai memburu pengedar tembakau Gorila yang disebut sebagai narkoba jenis baru.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BNN, Slamet Pribadi, sampai meminta masyarakat yang mengetahui penjual "ganja sintetis" di dunia maya agar melapor kepada pihaknya.
Dia bahkan menyebarkan nomor telepon yang bisa menerima aduan melalui pesan singkat atau aplikasi obrolan seluler.
"Jika menemukan alamat situs penjualan tembakau gorila atau sejenisnya dan narkotika ilegal lainnya, dimohon kiranya dapat menginformasikan alamat web tersebut melalui sms center atau WhatsApp BNN, pada nomor 081221675675," kata Slamet melalui pesan singkat, Jumat (6/1/2016).
Lebih lanjut, Slamet menjelaskan tembakau Gorila sebenarnya sudah diumumkan BNN sebagai narkoba jenis baru sejak Mei 2016.
Namun, peredarannya masih marak, khususnya melalui transaksi di dunia maya.
Permasalahan tembakau Gorila mencuat kembali usai insiden pilot Citilink yang diduga mabuk saat hendak terbang.
Pilot bernama Tekad Purna, awalnya terlambat naik ke pesawat QG-800 rute Surabaya-Jakarta pada Rabu (28/12/2016).
Kemudian dia terdengar meracau saat memberikan pengumuman sebelum terbang.
Dari hasil rekaman kamera pengintai, pilot gempal ini juga terlihat berjalan limbung dan beberapa kali menjatuhkan barang bawaannya saat melewati pendeteksi logam di bandara.
Para penumpang yang khawatir, melancarkan protes dan meminta pergantian pilot.
Tekad akhirnya diminta turun dari pesawat dan menjalani uji kandungan alkohol.
Hasil uji alkohol Tekad diketahui negatif, tapi ada dugaan dia menggunakan tembakau jenis tertentu yang menyebabkan sensasi saat terbang.
Dia pun dipecat dan dicabut izin terbangnya.
Petinggi maskapainya, Direktur Utama Citilink Indonesia Albert Burhan dan Direktur Operasional Citilink Hadinoto Soedigno, turut mengajukan pengunduran diri karena peristiwa ini.
Hal itu dilakukan karena mereka merasa ikut bertanggung jawab.