Sekelumit Cerita Sebelum Calon Arsitek Ditemukan Tewas
"Anaknya baik dan ulet. Dia kerja sambil kuliah karena ibunya tidak punya banyak uang,"
Editor: Adi Suhendi
Hal itu menuai kerucigaan.
Apalagi, jika kasus itu perampokan, toh tidak ada barang Murni yang hilang.
"Justru yang didengar tetangga seperti ada cek-cok. Mungkin mereka saling kenal," tambah lelaki itu.
Sebanyak enam orang saksi telah dimintai keterangan di Polsek Cipayung, Jakarta Timur.
Tetangga dan kerabat pun terdengar memiliki spekulasi sendiri-sendiri siapa yang membunuh Mirna.
Djunaidi yang tinggal tak jauh dari rumah Murni pada pukul 02.00 mendengar cek-cok yang diakhiri tangisan.
Tapi itu tak lama.
Sesudahnya, suasana perkampungan RT03/03, Pondok Rangon itu kembali sunyi.
"Saya kira tetangga sebelah lagi berantem. Jadi saya diem saja, merokok di dalam rumah," katanya.
Sementara, Neliwati (26) yang tinggal persis di samping rumah korban, selain mendengar cek-cok juga mendengar seperti ada yang dibentur-benturkan ke dinding.
Tak lama, terdengar suara tangis.
"Suaranya kencang sekali. Saya bangunkan suami saya, tapi takut mau keluar," jelasnya.
Setelah tidak terdengar suara apa-apa, Neli dan suaminya keluar rumah dan memberitahukan kejadian itu kepada tetangga serta orangtua Murni.
Saat pintu dibuka, Murni ditemukan sudah tewas di kamarnya.
Terdapat luka lebam di bagian wajahnya.
Bibirnya juga berdarah, seperti bekas disekap.
Warga segera melaporkan kejadian itu ke polisi.
Polisi yang datang segera memasang garis kuning dan melakukan olah TKP.
"Semoga pembunuh anak saya segera ditemukan," kata Popon.