Soal Penggusuran, Ahok: Air Mata Tangis Pasti Ada Tapi yang Senyum Bahagia Banyak
Waktu kita pindahin, ada enggak air mata tangis karena dia enggak mau pindah? Pasti ada. Tapi yang senyum bahagia, yang bersyukur terima kasih banyak.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjelaskan terkait penggusuran yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menormalisasi sungai.
Saat debat kandidat perdana yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum, Ahok yang merupakan petahana dikritik soal kebijakan memindahkan warga ke rumah susun.
Pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno menilai program itu dengan istilah penggusuran yang tak berkeadilan.
Anies-Sandi sebut penggusuran tanpa dialog, dan justru mencerabut warga dari sumber kehidupannya.
Sementara pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni mengaggap penggusuran itu sebagai cermin kebijakan tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
Ahok membantah tak ada dialog saat melangsungkan pemindahan warga ke rusun.
"Kita pasti dialog, semua. Sekarang kamu tanya, hampir semua di daerah sungai sudah tahu mau dipindahin,” ujar Ahok di Posko Relawan NUsantara (Rela NU), Jalan Taman Patra X, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (15/1/2017).
Ahok sebut program normalisasi sungai sudah berjalan baik. Dia mencontohkan, wilayah Kampung Pulo yang dulunya banjir, setelah ada normalisasi sudah terhindar banjir.
“Sekarang saya tanya, Kampung Pulo banjir enggak? Jatinegara banjir enggak? Enggak. Setelah normalisasi, pintu air Manggarai pernah siaga satu enggak? Enggak," ucap Ahok.
Kebijakan itu, ucap Ahok, memang tak dapat diterima warga yang digusur. Tapi, menurutnya, banyak juga warga yang merasakan sisi positif dari normalisasi sungai dengan menggusur.
“Waktu kita pindahin, ada enggak air mata tangis karena dia enggak mau pindah? Pasti ada. Tapi yang senyum bahagia, yang bersyukur terima kasih sama saya banyak kok," kata Ahok
Untuk mengetahui kebijakannya itu, diterima oleh warga Jakarta atau tidak, menurutnya dapat diketahui pada saat Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 15 Februari 2017.
"Makanya gini saja, tunggu saja 15 Februari. Lihat lebih banyak yang nangis apa ketawa,” tutup Ahok.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.