Djarot Saiful Hidayat: Kampanye itu Harus Menggembirakan dan Tidak Boleh Menakut-nakuti
Kampanye itu harus menggembirakan dan tidak boleh menakut-nakuti masyarakat, demikian dikatakan oleh calon wakil gubernur DKI Jakarta
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kampanye itu harus menggembirakan dan tidak boleh menakut-nakuti masyarakat, demikian dikatakan oleh calon wakil gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut dua, Djarot Saiful Hidayat saat menghadiri acara 'Ngariung Bersama Warga' di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
"Jadi kampanye itu harus yang menggembirakan tidak usah takut-takutin, tetap santun dan senyum," ungkap Djarot.
Djarot Saiful Hidayat yang telah beribadah haji di tahun 2002 bersama sang istri, Happy Farida tersebut terus menyemangati relawan dan pendukungnya untuk tetap optimis menatap putaran kedua.
Meskipun di putaran pertama, pasangan Ahok-Djarot kalah di Lebak Bulus namun ke depan daerah tersebut akan dimenangkan olehnya.
"Tadi pak Nico sampaikan di sini kita kalah kemarin, tidak apa-apa, nanti kita balas, kita akan menang telak di sini," kata alumnus Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada tersebut.
Untuk memenangkan putaran dua, Djarot pun berpesan kepada pendukungnya itu agar turun ke bawah menyapa masyarakat.
Menurutnya, relawan mesti kerja keras untuk mengajak warga agar Ahok-Djarot bisa kembali memimpin Jakarta.
"Kalau di dalam hati kita optimis menang, maka setelah ini harus kerja keras turun ke bawah menyapa warga, disapa, tokoh masyarakat disapa, RT/RW disapa, alim ulama disapa," jelas Djarot Saiful Hidayat yang lahir di Magelang, 6 Juli 1962 itu.
Djarot Saiful Hidayat di acara itu juga memberikan pesan kepada sejumlah saksi yang nanti akan berjaga di TPS. Saksi, kata Djarot, harus datang tepat waktu dan mengenali setiap orang yang ada di TPS.
"Saksi TPS harus datang tepat waktu, tidak boleh telat. Harus tahu juga kenal siapa yang di situ, jangan sampai pemilih dari luar masuk, kita harus betul-betul pastikan di situ tidak ada kecurangan," kata Djarot Saiful Hidayat.
Selain itu, Djarot Saiful Hidayat meminta para saksinya itu agar protes apabila terjadi pelanggaran. Para pemilih yang datang harus turut pula diabsen sehingga ketahuan ada tidaknya pemilih dari luar.
"Saksi itu harus cepat, tegas kalau ada pelanggaran langsung protes. Kemudian kalian lihat daftar DPT, diabsen setelah ini itu dicoret, misalnya pemilih yang coblos pertama nama misalnya Mohammad Amin, cari ada tidak, kalau tidak ada tanya kenapa masuk," papar Djarot Saiful Hidayat yang konsisten menggunakan kampanye Islam, sejuk dan Rahmatan Lil'Alamin tersebut.
Sebelum menyambangi lokasi tersebut, Djarot juga menghadiri pengajian di Majelis Taklim Nurul Jannah & Al Ghufron (Cipedak), Jl. Warung Silah RT 2/4 Cipedak, Jagakarsa.
Bagi Djarot, menghadiri hal tersebut merupakan sebuah keharusan. Terlebih memiliki komitmen tinggi menjaga silahturahmi dan mengeluarkan kebijakan yang berpihak pada umat muslim yang sekarang mulai digunakan dan diikuti caranya oleh Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Adapun kebijakan Djarot yang berpihak pada umat muslim di antaranya seperti dengan melestarikan makam para ulama dan fasilitas ibadah untuk umat muslim Jakarta.
Bahkan jika menang dalam Pilgub DKI 2017 putaran kedua, sekolah dan madrasah yang saat ini kondisinya kurang baik, akan segera dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan pada masa kepemimpinan Ahok-Djarot.
Lebih jauh, Djarot telah menuturkan jika sebenarnya Pemda DKI Jakarta sudah menjalankan KJP Santri, khusus bagi warga Jakarta yang menjadi santri di luar Jakarta. Warga yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa mendapatkan KJP Santri.
Mantan Walikota Blitar itu juga mengatakan, program KJP Santri bukan merupakan bentuk diskriminasi bagi umat lain, justru ia ingin Islam di Indonesia dapat menyatu pada kebhinekaan.
"Kami saat ini sedang mendata pondok pesantren mana saja yang menerima santri dari Jakarta. Sehingga, kami mempunyai hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan, karena kami ingin santri belajar di pesatren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin. Kami tak mau belajarnya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," urai Djarot.