Elite Politik Harus Gelar Rekonsiliasi Nasional Obati Luka Pascapilkada
Persoalan di Indonesia untuk kemudian sama-sama melakukan rekonsiliasi nasional.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk menyembuhkan luka akibat pemilihan kepala daerah yang dibumbui oleh SARA, diperlukan adanya rekonsiliasi nasional yang dimotori oleh elite politik.
Pengamat Sosial Devie Rahmawati mengatakan elite dipandang sebagai sebagai aktor utama karena masyarakat Indonesia masih dalam kola patron-klien.
"Persoalan di Indonesia untuk kemudian sama-sama melakukan rekonsiliasi nasional. Pilihannya tentu saja berbeda-beda. Kalau dalam konteks Indonesia, saya mengatakan elite karena patron klien tadi masih sangat kuat," kata Devi saat diskusi di Menteng, Jakarta, Sabtu (22/4/2017).
Para elite politik, dalam hal ini juga kepala daerah yang terpilih, perlu melakukan tur mendengarkan ke seluruh lapisan masyarakat.
Elite harus bisa mendengarkan semua pihak pascapilkada, karena dalam tahapan pilkada, perbedaan sikap partai politik dianggap sebagai lawan.
"Karena ketika orang ini merasa belum didengarkan, apalagi ketika bicara kontestasi, semua orang yang melihat yang berbeda dengan dia adalah lawan, pemimpin yang baru dalam konteks Jakarta ini, dia harus melakukan tur tersebut. Mendengarkan semua pihak, baik mendengarkan yang menang, maupun yang kalah," kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu.
Gubernur dan wakil gubernur yang baru harus bisa membagi tugas dan memastikan kepada masyarakat bahwa Pilkada telah selesai dan itu akan menjadi bagian sejarah yang tidak bisa dilupakan.
"Elite lah yang pertama memastikan yang kemarin itu hanya bagian dari sejarah kita dan tentu saja kita tahu sejarah ini tidak bleh berhenti. Mari kita sama-sama mengukir sejarah baru dan itu harus dimulai dari elite itu," kata Devie.