Aksi Saling Jambak Dua Perempuan hingga Makian, Rebutan Tempat Duduk di KRL Jabodetabek
Video dua perempuan yang saling menjambak lantaran memperebutkan tempat duduk di kereta commuterline Jabodetabek menjadi viral di media sosial.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Video dua perempuan yang saling menjambak lantaran memperebutkan tempat duduk di kereta commuterline Jabodetabek menjadi viral di media sosial.
Pengamat menilai kondisi transportasi dan perilaku konsumen adalah akar masalahnya.
Tayangan yang ramai dibagikan di media sosial itu, menurut Humas PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunisa, terjadi pada April lalu saat kereta melintasi Stasiun Duren Kalibata, Jakarta Selatan.
Insiden tersebut adalah yang kedua dalam tiga bulan terakhir.
Sebelumnya, sempat ada perkelahian serupa yang melibatkan dua perempuan di kereta jalur Jakarta-Bekasi.
"Yang di video itu terjadi di kereta khusus wanita, sedangkan kasus kedua di kereta reguler. Tapi, tidak setiap bulan terjadi. Itu sebenarnya hal kecil, kasuistis," kata Eva kepada BBC Indonesia.
Namun, Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Tulus Abadi, menilai video viral itu bukan keributan kecil yang remeh.
Akar penyebabnya, kata dia, jauh lebih serius dan mencerminkan kondisi transportasi kereta di Jabodetabek.
"Kasus penjambakan berangkat dari overcapacity (kelebihan kapasitas) commuter line yang sangat jauh dari memadai, khususnya pada jam-jam sibuk," ujar Tulus.
Dia menilai perkelahian antarpenumpang menjadi tak terhindarkan lantaran jumlah kereta dan frekuensi perjalanan tidak mampu menandingi ratusan ribu orang.
"Secara umum, kapasitas kereta commuterline di Jakarta masih sangat kurang dilihat dari demand yang ada, khsusunya pada jam-jam sibuk. Sehingga antar konsumen saling berebut tempat duduk karena sudah overcapacity," kata Tulus.
"Memang di luar negeri semua kereta massal penuh ketika jam sibuk, namun di Jakarta sudah kelewat penuh. Berdiri saja susah, bahkan ibaratnya bernapas saja berebut oksigen," papar Tulus.
PT KCJ, sambungnya, juga harus melakukan sosialisasi kepada penumpang agar bisa menghargai hak penumpang lainnya.