Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan Seorang Anak Meraup Rezeki Jadi Penjual Kantong Kresek di Masjid Istiqlal

"Ibu sudah tidak ada, bapak bekerja sebagai sopir ojek online. Sebenarnya sama keluarga bapak dan ibu tidak dibolehkan,"

Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Perjuangan Seorang Anak Meraup Rezeki Jadi Penjual Kantong Kresek di Masjid Istiqlal
Tribunnews.com/ Rizal Bomantama
Dua anak menawarkan kantong plastik kepada warga Jakarta yang berdatangan di Masjid Istiqlal, Gambir, Jakarta Pusat. Jumlah mereka bertambah saat memasuki hari pertama bulan Ramadhan 1438 H, Sabtu (27/5/2017). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rizal Bomantama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengenakan kaos merah lusuh, Deni (15) tak menyerah untuk terus menawarkan kantong 'kresek' hitam kepada warga yang akan melaksanakan salat di Masjid Istiqlal, Gambir, Jakarta Pusat.

Walaupun sedang menjalani puasa ramadan, Deni tetap semangat mencari uang jajan di tengah keterbatasan orangtuanya yang berprofesi sebagai sopir ojek online.

"Ibu sudah tidak ada, bapak bekerja sebagai sopir ojek online. Sebenarnya sama keluarga bapak dan ibu tidak dibolehkan, tapi saya harus cari uang jajan untuk bantu bapak saat tidak ada uang," ungkapnya kepada Tribunnews.com, Sabtu (27/5/2017).

Deni mengaku harus gigih untuk terus berjualan kantong plastik yang biasa digunakan jemaah Masjid Istiqlal menyimpan alas kaki.

Apalagi di bulan ramadan, ia dapat meraup pendapatan berkali-kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.

"Kalau hari biasa dapatnya sekitar Rp 100 ribu per hari, tapi bila bulan puasa apalagi di akhir pekan begini bisa sampai Rp 300 ribu. Modal hanya Rp 8 ribu saja untuk beli 80 lembar kantong plastik."

Berita Rekomendasi

"Per lembar saya jual dengan menerima imbalan seikhlasnya, biasa seribu, dua ribu, bahkan ada yang kasih lima ribu rupiah selembar," ungkapnya.

Deni kini mulai sering mengajak adiknya Nur (10) untuk berjuang mencari uang jajan sekolah di tengah keterbatasan pendapatan sang ayah.

"Namanya juga ojek online pendapatan tidak tentu. Bapak biasanya baru pulang pukul 11.30 WIB," ucap anak yang sudah berjualan kantong plastik selama tujuh tahun tersebut.

Walaupun dilarang keluarga, Deni ingin diri dan adiknya mampu mengubah suratan nasibnya dengan berjualan kantong plastik di Masjid Istiqlal.

"Ya ini kami lakukan buat bertahan hidup dan meringankan beban bapak. Bapak tinggal mencari nafkah untuk makan sehari-hari dan untuk biaya sekolah kami," ucapnya sambil berpamitan.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas