Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Merasakan Lebaran Hari Kedua di Kampung Sawah

Selang beberapa menit, datang rombongan kedua yang juga keluarga Abah yang beragama Protestan.

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Merasakan Lebaran Hari Kedua di Kampung Sawah
Theresia Felisiani/Tribunnews.com
‎KH Rahmaddin Afif 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - ‎Kampung Sawah, wilayah ini letaknya tidak jauh dari Ibu Kota.

Area ini bukanlah tempat wisata melainkan tempat pemukiman penduduk. Lalu apa yang membuat Kampung Sawah tersohor?

Disaat ibu Kota dan daerah lainnya gaduh serta ribut-ribut soal politik dan lainnya. Kampung Sawah tetap kental dengan nuansa toleransi dan kebhinekaan.

Tribunnews.com di Hari Raya Idul Fitri 1348 Hijriah kedua, Senin (26/6/2017) menyempatkan diri merasakan Lebaran hari kedua disana.

Kampung Sawah terletak di dua Kelurahan, Jati Warna dan Jati Melati, Kota Bekasi, Jawa Barat. Lokasinya juga gampang dijangkau angkutan umum.

Warga Kampung Sawah mayoritas beretnis Betawi, meski kini sudah banyak pendatang. Berbeda dengan daerah Betawi lainnya yang memeluk agama Islam.

Masyarakat betawi di Kampung Sawah ‎justru hidup rukun dan damai dengan tiga pemeluk agama, yakni Katolik, Protestan dan Islam.

Berita Rekomendasi

Meski beragam dan beda keyakini, kerukunan umat beragama di Kampung Sawah sudah tersohor dan melegenda kemana-mana.

Di Kampung Sawah, Tribunnews.com bersilaturahmi ke rumah ‎KH Rahmaddin Afif (72) warga asli Kampung Sawah yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Fisabilillah.

Kediaman KH Rahmaddin atau yang akrab disapa Abah sangat mudah dijumpai.

Rumahnya terletak tepat di samping Masjid Agung Al-Jauhar Yasfi yang berada di Jl Raya Kampung Sawah.

Rumah ini masih mempertahankan nilai budaya Betawi dengan bilik bambu sebagai plafon disertai pendopo besar untuk menerima tamu.


Kebetulan saat itu, Abah tengah sibuk menerima kunjungan silaturahmi dari sanak saudaranya.

Maklum saja, di keluarga besarnya, Abah termasuk orang yang dituakan sehingga saat Hari Besar, seperti Idul Fitri, Abah lebih banyak menerima kunjungan.

"Saya ini kan termasuk yang dituakan, jadi kalau Idul Fitri begini lebih banyak di rumah menerima kunjungan silaturahmi dari keluarga. Nanti kalau saya pergi-pergi mereka pada ngomel. Ini aki-aki kemana, Lebaran malah pergi. Saya cukup jadi tuan rumah saja," canda Abah saat menerima kunjungan dari keluarga besarnya.

Rombongan pertama yang hadir silaturahmi ialah keluarga pendeta yang sempat menetap di Medan, lalu kembali ke Kampung Sawah.

Selang beberapa menit, datang rombongan kedua yang juga keluarga Abah yang beragama Protestan.

Keluarga besar ini datang menggunakan satu unit mobil dan empat motor.

Suasana kekeluargaan dan kedamaian sangat terasa di hari nan Fitri ini. Keluarga besar yang anggota keluarganya berbeda keyakinan ini tetap rukun satu sama lain.

Bahkan, di sela-sela bercengkrama, Abah sempat memberikan uang Lebaran untuk belasan cucu-cucunya. Suasana di pendopo pun langsung riuh.

Belasan cucu-cucu yang rata-rata masih duduk di bangku sekolah dasar ini langsung mengerubuti Abah.

Mereka antusias mendapatkan uang Lebaran Rp 10 ribu rupiah per anak yang disiapkan Abah.

"Ayo ngatri-nganti. Jujur ya, jangan ada yang minta dua kali. Uangnya di tabung ya, belajar yang rajin" ucap Abah.

Abah lalu kembali duduk di kursi tamu, sementara cucu-cucunya asik berlarian dan bermain.

Pada Tribunnews.com, Abah menceritakan keluarga besarnya memang sangat Bhineka Tunggal Ika.

Meski berbeda keyakinan yakni ada yang Islam, Katolik, dan Protestan tetap saja mereka hidup rukun tanpa konflik.

Abah pun saat kecil sekolah di Sekolah Katolik yakni Strada. Sehingga bagi Abah, perbedaan keyakinan adalah sesuatu yang biasa dan harus dihormati.

"Saat Lebaran begini, cucu-cucu ponakan semua kumpul di rumah, silaturahmi. Gantian kalau Natalan saya yang ke rumah mereka mengucapkan selamat Natal. Ini sudah tradisi lama di Kampung Sawah‎ dan terus terpelihara," terang Abah.

Abah kembali bercerita, bukan hanya keluarga besar. Pengurus gereja, baik itu Gereja Kristen Pasundan maupun Gereja Katolik St Servatius‎ juga kerap bersilaturahmi ke rumah Abah.

"Lebarah pertama kemarin pengurus Gereja Kristen Pasundan k‎esini. Romo dari Gereja St Servatius juga kesini kasih ucapan selamat Lebaran. Kami ngobrol biasa, saya diberi parcel. Ya seperti inilah nilai toleransi dalam budaya di Kampung Sawah. Ini kunci keberhasilan warga Kampung Sawah dalam merawat kebhinekaan," tuturnya.

Ya, begitulah sekelumit merayakan dan merasakan Lebaran di Kampung Sawah, di kediaman Abah yang juga ayah dari 11 anak dan abah dari 18 cucu ini.

Makanan khas betawi seperi dodol, rengginang, dan akar kelapa juga pastinya menjadi hidangan wajib di pendopo Abah untuk disugukan ke para keluarga dan tamu-tamunya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas