Pemenang Tarung Gladiator ala SMA di Bogor Bukan untuk Perempuan
Kombes Pol Ulung Sampurna menegaskan aksi perkelahian ala Gladiator yang menewaskan siswa SMA Budi Mulia Bogor merupakan sebuah tradisi.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Ulung Sampurna menegaskan aksi perkelahian ala Gladiator yang menewaskan siswa SMA Budi Mulia Bogor merupakan sebuah tradisi.
Tradisi tarung gladiator itu sendiri telah berjalan selama empat tahun terakhir di sekolah SMA Budi Mulia Bogor maupun SMA Mardiyuana.
"Jadi kalau berbicara motif ini adalah tradisi, tapi tidak selalu dijalani, misal tahun 2015 itu tidak ada, kemudian para alumni meminta tradisi itu diadakan di tahun 2016," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (25/9/2017).
Ulung menjelaskan bahwa, tradisi tersebut dijalankan bukan karena soal rivalitas kedua sekolah, melainkan hanya untuk mencari pengakuan saja.
"Yang menang pun tidak mendapatkan apa-apa, hanya pengakuan saja bukan sekolahnya, tapi lebih ke gengsi tim basket," katanya.
Lebih jauh dia mengatakan, hasil dari pemeriksaan terhadap tersangka, pihaknya menyimpulkan tidak ada unsur pemaksaan dalam aksi tarung gladiator itu.
"Jadi kan itu kejadiannya sebelum pertandingan basket, kemudian jarak antara sekolah dengan lokasi kejadian jauh, sehingga siapapun yang datang ke lokasi itu mau tidak mau ya siap untuk bertarung," jelasnya.
Selama tradisi tersebut berlangsung, lanjutnya, belum ada korban akibat dari perkelahian tarung gladiator sebelum kejadian akhir Januari tahun 2016 lalu.
"Sebab, ketika salah satu yang berkelahi menyerah itu angkat tangan, jadi selesai, kalau yang tahun 2016 itu mungkin korban tidak mengangkat tangan sehingga korban meninggal," tuturnya.
Hingga saat ini, pihaknya telah mengamankan empat dari lima tersangka kasus tarung gladiator itu.
"Perannya ada yang sebagai pelaku, wasit, dan menunjuk, kalau satu orang itu sebagai penunjuk, masih kita cari," pungkasnya.