Niat Keluar Kerja Hingga Tanya Tanggal Lahir Sebelum Khoriyah Hilang Dalam Kebakaran Pabrik Petasan
"Rencana mau keluar, katanya tempatnya kotor, bahkan tangan terluka akibat bubuk mercon."
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian keluarga korban kebakaran pabrik petasan yang terjadi di Kosambi, Tangerang, Kamis (26/10/2017) kemarin, berharap jenazah segera dapat teridentifikasi.
Hingga saat ini, keluarga korban yang datang ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati masih menyerahkan sejumlah berkas terkait data korban, dan melakukan tes DNA terhadap anggota keluarga yang nantinya akan dicocokkan dengan DNA korban.
Baca: Tawa Rhoma Irama Saat Diminta Sandiaga Uno Membuat Lagu OK OCE
Para keluarga korban yang datang ke RS Polri Kramat Jati masih menyisakan kesedihan, walau sebagian mereka belum dapat memastikan ke- 47 kantong jenazah yang saat ini berada di RS Polri adalah salah satu anggota keluarga mereka.
Sumiyati (37), seorang keluarga korban, hanya bisa pasrah jika anaknya, Khoriyah (16), menjadi seorang korban kebakaran tersebut.
Padahal, putrinya baru dua minggu bekerja di tempat tersebut.
Baca: Asal Usul Api Penyebab Kebakaran Pabrik Petasan di Tangerang Menurut Anak Angkat Kepala Desa
"Anak saya itu baru dua minggu kerja di sana, baru lulus SMP," kata Sumiyati saat ditemui di RS Polri Kramat Jati, Jumat (27/10/2017).
Ia mengaku putrinya bekerja di bagian pengepakan barang.
Disinggung soal gaji, ia mengatakan dalam sehari anaknya mendapat upah sebesar Rp 55 ribu yang dibayarkan per minggu.
Baca: Tujuh Karyawan Pabrik Petasan di Tangerang Masih Hilang Usai Kebakaran
Sebelum kejadian, anak Sumiyati mengaku gajinya akan dipotong, jika mereka tidak mencapai target, yaitu 7.000 pak dalam sehari.
Jika tidak sampai target, mereka hanya akan mendapatkan upah Rp 40 ribu per hari.
"Namanya anak baru lulus, terus ditawari kerja pasti mau aja, ditambah dengan gaji segitu pasti mau," ujarnya.
Siti, sapaan anak Sumiyati, mengaku sempat menyatakan ingin berhenti bekerja dari pabrik tersebut, sebelum peristiwa itu menimpa dirinya, dan keinginan tersebut disetujui kedua orangtuanya.
Baca: Kisah Siman Hanya Ingat Baju dan Kerudung Sang Istri Sebelum Kebakaran Pabrik Petasan di Tangerang
Bahkan, ayahnya meminta Siti lebih baik ikut ibunya bekerja sebagai buruh di kebun kopi.
Hal tersebut sebenarnya sudah ia setujui.
Namun, nahas peristiwa kebakaran membuat Siti menghilang hingga kini.
"Rencana mau keluar, katanya tempatnya kotor, bahkan tangan terluka akibat bubuk mercon. Bapaknya juga sudah bilang suruh ikut saya di tempat kopi," ungkapnya.
Tanya Tanggal Lahir
Sebelum kebakaran terjadi, Sumiyati mengatakan putrinya kerap kali minta doa restu sebelum berangkat kerja.
Namun, pada Kamis (26/10/2017) kemarin berbeda, ia tak lagi meminta doa restu kepada sang ibu, dan sang ibu pun tak mengetahui anaknya berangkat kerja.
Tak hanya itu, beberapa hari sebelum kejadian, Siti sempat menanyakan tanggal kelahirannya.
"Dia sempat nanya, Mak, Siti lahir tanggal berapa, sih?" cetus Sumiyati menirukan ucapan anaknya.
Ia pun lalu menjawab, "Tanggal 22 Februari 2001, emang kenapa sih lo nanya-nanya tanggal kayak mau mampus aja lo?" papar Sumiyati.
Mengingat hal tersebut, ia pun sempat meneteskan air mata.
Ia sebenarnya tidak memiliki firasat apa pun selain tingkah lalu Siti yang selalu berpamitan dan bersalaman, namun pada saat kejadian ia tak melakukan hal tersebut.
Kini, ia berharap anak pertamanya segera dapat teridentifikasi, jika memang menjadi korban.
Penulis: Joko Supriyanto
Berita ini sudah dimuat di wartakotalive.com dengan judul: Buruh Pabrik Petasan yang Terbakar Sebelum Menghilang: Mak, Siti Lahir Tanggal Berapa, Sih?