Dinas Pertanian Harus Berikan Edukasi dan Pemahaman Mengatur Keluasan Lahan Tanam kata Moeldoko
Harga bawang merah di Brebes untuk kualitas standar saat ini dipatok Rp 4.000/kg.Sedangkan untuk kualitas super berada di angka Rp 7.000-8.000 per kg
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga bawang merah di Brebes untuk kualitas standar saat ini dipatok Rp 4.000/kg.
Sedangkan untuk kualitas super berada di angka Rp 7.000-8.000 per kg. Padahal, biasanya harga bawang merah di Brebes standar dibeli Rp 15.000/kg.
Kementerian Pertanian terpaksa turun tangan membeli bawang merah dari petani seharga Rp 15.000/kg. Tidak hanya Kementan, pegawai Pemerintah Daerah juga diwajibkan membeli 2 kg (bawang merah) untuk membantu petani.
Bulog menyatakan siap membeli bawang merah tersebut dengan harga Rp 15.000/kg. Walaupun hal tersebut berisiko karena kondisi bawang yang mudah terpengaruh.
Melihat kondisi ini, Ketua Umum HKTI Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menilai, untuk menjaga stabilitas harga bawang maka perlu diperhatikan faktor keseimbangan Supply dan Demand.
"Caranya, antara lain bagaimana pemerintah dalam hal ini dinas-dinas pertanian di daerah bisa memberikan edukasi dan pemahaman tentang pentingnya mengatur keluasan lahan tanam," ungkap Moeldoko di kantor DPN HKTI, Jl Cokroaminoto 55-57, Jakarta Pusat, Selasa (9/1).
Hal ini, lanjut mantan Panglima TNI itu, tentu saja harus ditunjang oleh tersedianya database tentang lahan dan budidaya bawang merah, sehingga pemerintah bisa mengarahkan dengan tepat kapan waktunya menanam.
"Jangan sampai semua serentak menanam sehingga ketika panen terjadi over supply dan harga bawang menjadi jatuh. Apalagi petani kita itu masih terbiasa dengan pola ikut-ikutan. Artinya, lagi musim tanam bawang semua ikut tanam bawang atau lagi musim tanam kacang semua tanam kacang. Akibatnya sering terjadi over supply," jelas Moeldoko.
Menurut Moeldoko, harus ada kesadaran bersama bahwa keluasan lahan yang tidak terkendali akan menyebabkan over supply bawang merah. Jadi petani harus diarahkan jangan suka ikut-ikutan menanam apa yang ditanam orang lain.
"Menurut saya, seharusnya dari satu hektar petani bisa menghasilkan 15 ton per hektar dengan harga di atas Rp 10 ribu atau Rp 11 ribu. Jika di bawah itu kemungkinan akan rugi," tutur Moeldoko.
Moeldoko menambahkan, petani bawang merah masih terbiasa menanam dengan menggunakan biji hasil semai dan bukan dari biji. Padahal ini jelas jadi lebih mahal dan tidak efisien. Hal ini juga harus diberikan edukasi.
"Mereka tidak sabaran. Solusi untuk mengatasi masalah harga bawang ini adalah perlu ada kesadaran bersama untuk melakukan pendekatan pola tanam berbasis teknologi," katanya.
Dalam hal manajemen budidaya tanam, dijelaskan Moeldoko, petani bawang belum terbiasa berorientasi pada edisiensi. Indikatornya yaitu petani lebih suka menggunakan pupuk anorganik dan pestisida berlebihan.
"Padahal tata cara seperti itu akan menimbulkan inefisiensi. Sebab cara budidaya seperti itu akan merusak unsur hara sehingga dalam jangka panjang akan menimbulkan biaya tinggi (tidak efisien)," papar Moeldoko.
Moeldoko berharap, petani diarahkan untuk tidak lagi menggunakan pupuk anorganik dan pestisida secara berlebihan. Mereka diarahkan untuk lebih bertani secara organik karena ongkos produksinya menjadi lebih murah.