Cerita Suntama, Penarik Becak Sejak 1997 yang Tak Takut Digaruk Satpol PP DKI Lagi
Gubernur DKI Anies Baswedan memang telah memperbolehkan moda transportasi becak beroperasi di ibukota.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Ferdinand Waskita
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Anies Baswedan memang telah memperbolehkan moda transportasi becak beroperasi di ibukota.
Para penarik becak pun kemudian menyebar pada sejumlah titik di Jakarta, satu diantaranya kawasan bawah fly over Bandengan, Pekojan, Jakarta Utara.
Seperti yang terpantau Tribunnews, saat menyambangi lokasi 'pangkalan' para penarik becak setempat, yang tepat berada di samping palang pintu rel yang telah ditutup.
Baca: PIKI DKI Ingatkan Agama Membawa Kedamaian Tapi Juga Bisa Jadi Sumber Pertikaian
Suntama (52), seorang pria yang telah menarik becak sejak 1997, mengaku senang dengan kebijakan yang kini diterapkan Pemprov DKI era kepemimpinan Anies.
Ia merasa terbantu lantaran tidak perlu takut becaknya dibawa Satpol PP.
Menurutnya, becak yang ia gowes pun hanya melewati jalan di perkampungan setempat.
"Saya seneng banget lah, sekarang udah dibolehin, nggak takut digaruk (Satpol PP) lagi," ujar Suntama, saat ditemui di kawasan tersebut, Sabtu (7/1/2018).
Kegiatan sehari-harinya hanya menarik becak untuk memenuhi kebutuhan istri dan 7 anaknya di kampungnya, Rangkas Bitung, Banten.
Ia mengaku bekerja secara ikhlas, meskipun dibayar sedikit oleh penumpangnya yang didominasi oleh para ibu.
"Ikhlas aja saya mah, mau dikasih (bayaran) berapa juga, yang penting yang ngasih ikhlas," jelas Suntama.
Suntama merupakan potret dari segelintir masyarakat yang menjalani kehidupan di tengah kerasnya ibukota.
Baca: Cukai Rokok Elektrik Dikhawatirkan Picu Muncul Vape Ilegal
Pendapatannya pun setiap harinya hanya kurang dari Rp 100 ribu.
Bahkan ia pernah membawa pulang uang hanya Rp 25 ribu saja.
Kendati demikian, pria yang hidup sendiri di kontrakannya itu selalu bersyukur lantaran bahagia menjadi seorang penarik becak.
Meskipun masih banyak masyarakat memandangnya sebelah mata.