Masih Banyak Potensi yang Belum Tergarap Optimal di Bidang Pertanian kata Moeldoko
Pilihan investasi yang bisa diambil oleh masyarakat cukup beragam. Seiring perkembangan teknologi,
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pilihan investasi yang bisa diambil oleh masyarakat cukup beragam. Seiring perkembangan teknologi, pilihan investasi tersebut pun makin bervariasi. Salah satunya adalah di bidang pertanian.
Peluang ini yang coba ditawarkan oleh sejumlah penyedia atau pengelola platform investasi di bidang pertanian–entah itu bentuknya berupa crowdlending, peer-to-peer (P2P) lending, crowdfunding atau lainnya.
Topik berinvestasi di bidang pertanian ini dibahas dalam CEO Talks: Value Investing in Agriculture Crowdfunding di Sapori Deli Restaurant, Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (25/1/2018).
Acara ini menghadirkan dua pembicara utama. Mereka adalah Chairman & Co-Founder Tani Fund Pamitra Wineka dan CEO Vestifarm Dharma.
Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko yang memberikan opening speech. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengusaha, dan stakeholder lainnya.
Dalam sambutannya, Moeldoko menyampaikan, masih banyak potensi yang belum tergarap optimal di bidang pertanian.
Moeldoko juga mengajak masyarakat, khususnya pelaku financial technology (fintech) di bidang pertanian, sering-sering terjun ke lapangan untuk mengetahui kondisi real yang dihadapi oleh para petani.
"Silakan lihat langsung ke lapangan. Anda akan melihat potensi yang begitu besar. Para petani juga butuh sentuhan fintech agar lebih maju dan berkembang," ujar Moeldoko.
Sama halnya yang sudah dilakukan mantan Panglima TNI ini melalui HKTI, terus berinovasi dan mengembangkan teknologi. Dirinya juga terua mengupayakan agar para petani bisa menembus sektor permodalan.
"Semodern apa pun zaman, kita tetap butuh makan. Maka teknologi juga harus berperan aktif di sektor pertanian. Tidak akan rugi bila permodalan diarahkan ke teknologi pertanian," jelas pria yang menjabat Kepala Staf Presiden (KSP) ini.
Sementara itu, Dharma bercerita, awalnya ia mendirikan startup Vestifarm ialah saat ia mengunjungi sebuah desa di Sumedang, Jawa Barat. Saat itu, ia bertemu dengan seorang peternak sapi bernama Mang Yon Yon.
Mang Yon Yon merupakan peternak sapi yang tersohor di desa itu. Dharma terkejut melihat tidak ada seekor sapi pun di kandang milik Mang Yon Yon.
Dharma menanyakan hal ini kepada Mang Yon Yon. Mang Yon Yon mengisahkan kalau ia sudah tidak beternak sapi selama sembilan bulan karena keterbatasan modal.
Sejak itulah, Dharma bertekad untuk menciptakan platform Vestifarm yang bisa membantu petani dan peternak. Vestifarm sendiri menerapkan konsep syariah terkait bagi hasil antara investor dan peminjam (petani atau peternak).