Cerita Karmila soal Detik-detik Kecelakaan Tanjakan Emen
Kabin bus menjadi gelap dan penuh debu. Karmila (44) terus melangkah menuju kaca depan bus yang sudah pecah.
Editor: Sanusi
Ia bertekad harus hidup.
"Mati. Mati. Tapi saya ingat keluarga, anak-anak, saya harus tetap hidup. Pokoknya, gimana caranya saya bisa hidup. Saya cuma takut kalau meledak," ungkap Mila.
Setelah berhasil mempertahankan hidupnya dan keluar dari bus, Mila kemudian mencari pertolongan.
Ia sempat kesal dan menangis karena warga yang ada tak mau meminjamkan ponsel kepadanya.
Dengan alasan tidak ada pulsa, mereka hanya merekam kejadian itu dengan ponselnya.
Ia bahkan sempat mengingat ponsel dalam tasnya yang masih berada di dalam bus ketika itu.
"Kesel banget. Mau minjem hp buat nelpon dia (menunjuk suami yang ada di sampingnya-red), mereka cuma nge-shoot nge-shoot aja. Bilang nggak ada pulsa," ungkap Mila.
Setelah beberapa saat, lalu lintas di tanjakan Emen itu menjadi macet.
Namun tidak ada seorang pun yang berani menolongnya. Petugas kepolisian lalu datang dan membawa Mila ke poliklinik di dekat lokasi kejadian.
Sementara korban lainnya dibawa ke RSUD Subang. Karena tidak ada luka serius di tubuhnya, proses pengobatannya tidak berlangsung lama.
Namun ia merasa sangat kelelahan karena petugas kepolisian yang membawanya terus menerus menanyainya.
"Capek banget rasanya, karena saya jadi salah satu saksi yang ditanya terus-terusan sama polisi," kata Mila.
Di hari ketiga setelah kejadian, seluruh tubuh Mila baru terasa sakit.
Seluruh badannya baru saja selesai diurut.
Kakinya yang sempat bengkak di hari pertama kini sudah lebih baik.
Namun ia mengaku masih ingin diurut lagi.