Budi Luhur Akan Selalu Mempertahankan Budaya Indonesia kata Kasih Hanggoro
Tradisi Telinga Aru merupakan salah satu tradisi di daerah pedalaman Kalimantan yang hampir hilang karena tidak ada lagi generasi muda yang meneruska
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tradisi Telinga Aru merupakan salah satu tradisi di daerah pedalaman Kalimantan yang hampir hilang karena tidak ada lagi generasi muda yang meneruskan tradisi tersebut.
Anggapan bahwa tradisi memanjangkan telinga merupakan hal yang kuno dan membuat suku asli Dayak tersebut merasa terdiskriminasi dan enggan untuk meneruskan tradisi tersebut.
Melihat fenomena tersebut, kami mengharapkan dapat mengetahui aktor-aktor dibalik hilangnya budaya telinga panjang dan menyadarkan kita akan pentingnya identitas budaya.
Kondisi tersebut diungkap oleh Pusat Studi Kebudiluhuran (PSBL) pada kegiatan Budi Luhur Morning Call (BLMC) yang ke-IV di Universitas Budi Luhur, Senin (23/04/2018).
Kegiatan ini dibuka oleh Ketua Yayasan Pendidikan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro, MBA
“Acara ini sangat bagus, Budi luhur akan selalu mempertahankan budaya Indonesia, melalui kegiatan seperti ini dan beasiswa Nusantara ke putra putri daerah, dengan program inilah cara Budi luhur menyapa suku atau anak-anak di pedalaman,” kata Kasih Hanggoro.
Tidak hanya itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Ketua Pusat Studi Budi Luhur, Dr. Yusran; Direktur Promosi dan Kerjasama, Duta Besar Sunten Z. Manurung; Dekan FISIP, Fahlesa Munabari, Ph.D; beserta jajarannya. Juga turut menghadirkan sekitar 150 siswa Sejabodetabek.
Pembicara dalam kegiatan tersebut Dr. Yusran, M,Si ahli kebudiluhuran dari Pusat Studi Kebudiluhuran, Ati Bachtiar Fotografer dan Penulis Buku “Mengungkap yang Tersembunyi”, Dr. Dave Lumenta Ph.D Peneliti ahli Bidang Antropologi dan menghadirkan langsung orang asli suku Dayak yang bertelinga panjang yaitu Kristina Yeq Lewing.
Universitas Budi Luhur selalu mengedepankan pengembangan dan promosi nilai-nilai kearifan lokal dan juga mendunkung Deklarasi PBB dalam Masyarakat Adat bahwa masyarakat adat sejajar dengan semua masyarakat lainnya, walaupun berbeda, masyarakat harus menghargai perbedaan tersebut. Mereka harus bebas dari segala bentuk diskriminasi dan ketidakadilan.
Diharapkan dalam kegiatan BLMC ini dapat menyadarkan masyarakat pentingnya budaya yang harus dilestarikan.