Cerita Korban Selamat dari Terjangan Tsunami Berkat Sebatang Kayu
Keduanya bersama belasan karyawan dan keluarga PLN lainnya kini dirawat di RS Puri Cinere, Depok, Senin (24/12/2018).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Senior Manager Konstruksi PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat (UIT JBB), Frans Lisi (53) dan Staf pemeliharaan Gardu Induk UIT JBB, Slamet Purwanto (48) adalah dua dari ratusan korban luka akibat peristiwa Tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam.
Keduanya bersama belasan karyawan dan keluarga PLN lainnya kini dirawat di RS Puri Cinere, Depok, Senin (24/12/2018).
Saat dikunjungi Walikota Depok Mohammad Idris Abdul Somad dan Kapolresta Depok Kombes Didik Sugiarto, Purwanto menuturkan saat kejadian mereka sedang menonton band Seventeen di panggung gathering family acara PLN di Tanjung Lesung, Banten.
Baca: Pasca-Tsunami, Pelayanan Pelabuhan Merak Normal
Purwanto mengatakan, ia sama sekali tak mendengar suara ombak saat tsunami datang.
"Saya sama puluhan orang lainnya terseret ombak. Saya nggak tahu bagaimana, tahu-tahu saya terseret sampai sejauh 1 km dari darat," kata Purwanto.
Ia mengaku sempat kehilangan kesadaran kala terombang-ambing di tengah laut yang mengamuk.
Namun akhirnya Slamet Purwanto tersadar dan berhasil menyelamatkan diri dengan memeluk batang kayu.
Ia bahkan juga membantu menyelematkan seorang perempuan.
"Saya selamat hanya bermodal batang kayu dan sedikit kemampuan berenang," katanya.
Ia berupaya berenang sembari menyelamatkan perempuan yang tak jauh dari dirinya dan tak dapat berenang.
"Saya terseret ombak, sekitar 1 kilometer dari daratan. Saya sempat pingsan baru kemudian sadar, untung saya bisa berenang sedikit. Saya berenang juga pakai batang kayu. Ada satu perempuan dari EO yang saya tolong juga" katanya.
Sementara Frans, korban selamat lainnya mengaku sedang menyaksikan grup band Seventeen saat ombak menerpa panggung hingga menyeret ratusan orang ke Pantai Tanjung Lesung.
Frans yang masih terbaring lemah menuturkan tak mendengar suara debur ombak karena musibah yang merenggut lebih dari 300 nyawa iltu terjadi dalam hitungan detik
"Waktu ombak datang itu enggak ada suara-suara berisik gitu, tiba-tiba ombak datang dan menghancurkan panggung. Saya sama yang lain terseret juga. Untungnya masih selamat," jelas Frans.
Kepala Bagian Humas RS Puri Cinere, Widya Karmadiyanti mengatakan jumlah pegawai PLN UIT JBB yang dirawat awalnya sebanyak 43 korban, namun yang masih dirawat inap hanya 18 orang.
Ke 18 korban tersebut merupakan bagian dari 201 pegawai Perusahaan Listrik Negara (PLN) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat (UIT JBB) yang sedang mengikuti Gathering Family PLN UIT JBB jadi korban tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018).
"Yang masih dirawat sekarang ada 18 orang, 5 di antaranya menderita patah tulang dan sudah dioperasi. Kita juga memberikan pendampingan psikologis kepada korban dan keluarga yang menderita trauma," kata Widya.
Penulis: Budi Sam Law Malau