Cerita Iwan,Berhenti Jadi Sopir, Pilih Jadi Saksi Jokowi di TPS, Ingat Saat Anaknya Diselamatkan KJS
Kerjaan sopir pribadi di Perumahan Permata Buana, Jakarta Barat, terpaksa ia lepas agar total mengawal perolehan suara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Editor: Hasanudin Aco
Cerita itu bermula ketika anaknya yang masih satu bulan setengah mengalami musibah, badannya membiru.
Biaya perawatan anaknya saat itu kurang lebih sampai Rp 50 juta, sementara Iwan hanya bekerja tak tentu, pernah menservis AC.
Tak ada uang saat itu, apalagi Kartu Jakarta Sehat.
Ia pernah membawa anaknya ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Budi Kemuliaan tapi ditolak lalu diarahkan ke Rumah Sakit Harapan Kita, namun harus ada uang muka Rp 15 juta.
Ia hanya pasrah dengan keadaan, tapi pertolongan datang dari seorang dokter wanita mengarahkan Iwan untuk mengurus KJS.
"Pak, coba bapak urus saja KJS. Kalau tidak sore ya besok pagi," kata dokter seperti ditirukan Iwan.
Berbekal saran dokter yang ia lupa namanya, Iwan mengurus pembuatan KJS dari tingkat kelurahan, kecamatan, sampai tingkat kota.
Birokrasinya lancar dan warga sangat begitu dilayani.
"Dipermudah banget. Lah, sampai lurah pun mau jalan disempatkan tanda tangan (berkas, red) di kaca. Gubernurnya masih Jokowi-BTP," cerita Iwan.
Berkat KJS, pengobatan anak Iwan selama 14 hari ditanggung. Jika ditotal kurang lebih mencapai Rp 45 juta.
Hati Iwan tergerak dengan birokrasi pelayanan publik era Jokowi-Ahok begitu mudah. Dalam hati ia mengucap pemimpin seperti inilah yang harus diperjuangkan.
Ketika Ahok kembali maju Pilgub DKI Jakarta 2017, berdampingan dengan wakilnya, Djarot Saiful Hidayat, Iwan menjadi saksi untuk mengawal suara mereka.
Suka duka Iwan menjadi saksi Ahok-Djarot akan diceritakan di bawah.
Berkat KJS, Iwan merasa diringankan dengan pengobatan anaknya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.