Kisah Pilu Driver Ojol yang Ditemukan Membusuk di Rumahnya, Tinggalkan Ibunya yang Lumpuh
Sudadi merupakan seorang driver ojek online. Pria berusia sekitar 35 tahun ini ditemukan sudah membusuk di rumahnya. Diduga Sudadi tewas karena sakit.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenyataan memilukan dialami Sudadi, warga Jalan Pulo Kemuning II, RT 002/RW 014, Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Dilansir dari Kompas.com, Sudadi merupakan seorang driver ojek online. Pria berusia sekitar 35 tahun ini ditemukan sudah membusuk di rumahnya. Diduga Sudadi tewas karena sakit.
Kematian Sudadi ditemukan setelah mengeluarkan bau busuk menyengat. Bau busuk dapat dirasakan tercium dari depan rumahnya yang berada di kawasan padat penduduk itu.
Beberapa awak media yang datang ke sana dan warga sekitar sudah pasti menutup hidung dan mulut dengan tangan karena mencium bau menyengat ketika lewat depan rumah Sudadi.
Sudadi membusuk dengan meninggalkan bau menyengat karena diduga meninggal sejak Sabtu (30/6/2019).
Saat jenazah sudah dibawa pihak kepolisian, terdapat satu pemandangan aneh. Tidak jauh dari pintu rumah, terlihat sebuah jendela terbuka setengah dekat sepeda motor.
Dari luar jendela terlihat sosok tangan yang keriput, kurus kering, dan bersender di besi teralis.
Ternyata sosok tersebut adalah ibu Sudadi yang bernama Murtini. Wanita yang berusia sekitar 75 tahun ini diketahui mengalami lumpuh dan hanya bisa terbaring di kamar.
"Sudah sekitar dua setengah tahun alami lumpuh," kata Alex Widodo selaku Ketua RT 002 RW 015 saat ditemui.
Selama itu juga Sudadi yang sehari-hari bekerja sebagai ojek online selalu merawat sang ibu. Kadang, jika Sudadi tidak pulang karena sibuk kerja, dia hanya menyiapkan makan pagi untuk Murtini.
Selanjutnya, Sudadi biasa meminta tolong tetangga untuk memberi makan sang ibu.
"Tapi kadang dia (korban) juga enggak pulang. Nah pas dia jalan, dia titip sama tetangga karena posisinya di pinggir jendela, kami juga bisa nengokin, kami juga bisa kasih makanan dan minuman lewat jendela," kata dia.
Alex pun bisa memaklumi jika Sudadi harus pergi pagi pulang larut untuk bekerja. Pasalnya, dia harus menanggung biaya untuk kehidupan sehari-hari.
Jangankan untuk makan sehari-hari, untuk membayar uang kebersihan bulanan di lingkungan RT saja Sudadi mengaku kesulitan.