Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Rumah Lies Nyempil di Tengah Apartemen Mewah, Punya Sejarah Hidup hingga Ditakut-takuti Preman

Kisah Rumah Lies Nyempil di Tengah Apartemen Mewah, Punya Sejarah Hidup hingga Ditakut-takuti Preman

Penulis: Anugerah Tesa Aulia
Editor: Daryono
zoom-in Kisah Rumah Lies Nyempil di Tengah Apartemen Mewah, Punya Sejarah Hidup hingga Ditakut-takuti Preman
KOMPAS.COM/CYNTHIA LOVA
Kondisi Rumah Ibu Lies yang dikelilingi bangunan apartemen Thamrin Executive, Jalan Kebon Melati, Jakarta Pusat, Sabtu (20/9/2019). 

Hingga kini hanya rumahnya yang bertahan dan  dikelilingi tower apartemen.

"Ya kan dibikin rese kampung ini lama-lama akhirnya pada kabur, rumah warga pada dijual-jualin dengan harga semau dia (warga), capek kali ketenangannya diusik. Kalau saya kan tidak takut, banyak lah saudara saya perwira, abang saya saja pangkatnya sudah tinggi," ucap Lies.

Baca: Orangtua yang Paksa Anaknya Mengemis di Aceh Ternyata Pakai Uangnya untuk Berjudi dan Beli Sabu

Baca: Demi Menghemat Bujet, Keluarga Ini Rela Tidur di Jalanan Saat Liburan di Italia

Kesedihan Lies tak hanya sampai disitu, ia menceritakan bagaimana dirinya diperlakukan secara tidak adil oleh pihak pengelola apartemen.

Pasalnya rumah Lies seringkali dianggap benalu bahkan uban yang harus ditutup-tutupi keberadaannya.

"Ini saja jalan ke bawah, tembok tinggi semua yang bangun pengelola supaya rumah saya tidak keliatan warga. Eh ini malah mau menutup rumah saya dengan tembok," ujar Lies.

Tidak cukup menutup setengah rumahnya menggunakan tembok berisi tanaman-tanaman hijau, rumah Lies pun sempat akan ditutupi tembok seluruhnya.

Namun, hal itu langsung ditolaknya. Ia menilai para pengelola tak berprikemanusiaan.

Berita Rekomendasi

"Kalau ditembok semua, bagaimana saya keluar? Apa saya punya sayap yang bisa terbang?" kata Lies pada Jumat (20/9/2019).

Lies juga pernah mematahkan besi-besi yang diletakkan pengelola di area masuk rumahnya.

Ia juga menjelaskan jika dirinya sempat dimintai uang parkir.

"Pernah dimintai untuk Rp 500.000 mobil dan Rp 300.000 motor per bulannya. Saya tidak mau, akhirnya sekarang gratis. Enak saja mereka minta-minta ke saya, orang ini tanah juga tanah nenek moyang saya," kata Lies dengan nada tinggi.

(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Kompas.com/Cynthia Lova)


Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas