Banyak yang Belum Paham Jak Lingko
"Mobil saya produksi tahun 2014, cuma masih nunggu bos dulu" ucapnya saat diwawancarai di Terminal Grogol pada Selasa (8/10/2019) sore tadi.
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Magang Muhammad Alberian Reformansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Awal Oktober 2018 lalu, Gubernur DKI Jakarta menetapkan sistem Jak Lingko, sebuah sistem transportasi terintegrasi yang mencakup transportasi daerah Jabodetabek. Sistem tersebut mencakup KRL hingga angkutan umum, atau angkot.
Sistem transportasi terintegrasi yang awalnya bernama OK Otrip itu menyediakan beberapa fasilitas baru kepada para warga Jabodetabek, dari tarif terjangkau hingga angkutan umum ber-AC.
Rencananya, Pemda DKI akan mengimplementasikan Jak Lingko kepada semua angkutan umum yang belum bergabung pada sistem tersebut. Mereka bahkan menyatakan bahwa 2020 semua angkutan umum harus sudah tergabung dengan sistem Jak Lingko.
Baca: Harga dan Spesifikasi Redmi 8A, Ponsel Kelas Menengah Hanya Rp 1 Jutaan
Alhasil, banyak supir-supir angkutan umum mendaftarkan kendaraannya dalam sistem tersebut.
Seperti Karpok (49) seorang supir angkot trayek B01 Grogol - Muara Angke menyatakan ia akan segera mendaftarkan kendaraannya.
"Mobil saya produksi tahun 2014, cuma masih nunggu bos dulu" ucapnya saat diwawancarai di Terminal Grogol pada Selasa (8/10/2019) sore tadi.
Baca: Susi Pudjiastuti: Saya Berdoa Presiden Tidak Revisi Perpres Nomor 44
Selain sudah memenuhi syarat, alasan Karbuk mendaftar juga didasari penumpang yang kian lama kian sedikit.
"Sepi bang, paling-paling dapet 50.000 perhari sekarang" aku Karbuk di Angkot merahnya tersebut.
Hal tersebut diamini oleh salah satu karyawan Jak Lingko di Terminal Grogol, Lamo (34). "Rata-rata (supir mendaftar)karena makin sepi, apalagi sekarang jaman udah canggih" ungkapnya.
Baca: Jadi Driver Grab Food, Pria Berkaki Satu Berpenghasilan Fantastis, Capai 24 Juta Rupiah Tiap Bulan!
Lamo juga menambahkan bahwa prospek Jak Lingko sendiri sudah menjanjikan, contohnya selalu ada penumpang di Terminal Grogol yang menuju Meruya, Angke, dan Tanah Abang.
Namun, masih banyak juga yang belum bergabung dengan sistem Jak Lingko karena masalah pendapatan supir. Kusnadi (52) seorang supir angkot trayek M43 Angke- Grogol mengaku keberatan bergabung dengan Jak Lingko.
"Kalau tidak mau (bergabung ke Jak Lingko) karena gajinya, pendapatannya (perbulan)" akunya.
Baca: Harga dan Spesifikasi Redmi 8A, Ponsel Kelas Menengah Hanya Rp 1 Jutaan
Pasalnya semua supir angkot yang tergabung dengan Jak Lingko akan digaji perbulan, berbeda dengan sistem gaji angkot yang biasa dimana mereka biasa digaji perhari.
Hal tersebut merupakan permasalahan utama para supir angkot yang sudah biasa digaji perhari. Mereka kesulitan mengatur ekonominya jika digaji perbulan, seperti pernyataan Buluk (27) dan Wahyu (49), dua supir angkot trayek M10 Tanah Abang- Jembatan Lima.
Baca: Alasan 3 Anak Presiden Pantas Masuk Kabinet Jokowi-Maruf, Dinilai dari Unsur Sosial hingga Politik
"Kalau kita kerja dulu baru digaji anak bini mau makan apa? Belom kita bayar bensinnya" keluh Buluk.
Sedangkan Wahyu menyatakan bahwa pekerjaannya sebagai supir angkot hanya sebagai pekerjaan paruh waktu, dan ia mencari pendapatan harian sehingga ia enggan bergabung dengan Jak Lingko.
Terlebih lagi, Buluk dan Wahyu mengatakan bahwa persyaratan Jak Lingko belum terlalu jelas. Nyatanya, belum semua pengemudi angkutan umum mengetahui sistem Jak Lingko. Dari 6 pengemudi angkot non-Jak Lingko yang diwawancarai, hanya 3 pengemudi yang memahami sistem Jak Lingko.