Cerita Waryo, Penarik Getek di Pesanggrahan yang Bisa Sekolahkan Anaknya Hingga Jadi Sarjana
Pria asal Brebes, Jawa Tengah ini mengaku sudah menjadi penarik getek di Kali Pesanggrahan, Ulujami, Jakarta Selatan, sejak 1987.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Magang, Meliana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa sangka, getek yang selama ini dijadikan alat transportasi penyeberangan di Kali Pesanggrahan Jakarta Selatan, ternyata bisa dijadikan alat penyambung hidup Waryo (65). Sudah 31 tahun, Waryo menggantungkan hidupnya dengan menarik getek untuk menghidupi istri dan empat buah hatinya.
Waryo menarik getek tepat di depan sekolah MTSN 13 Ulujami, atau di Kali Pesanggrahan yang memisahkan Ulujami dan Peninggaran.
Pria asal Brebes, Jawa Tengah ini mengaku sudah menjadi penarik getek di Kali Pesanggrahan sejak 1987.
"Di samping pekerjaannya tidak berat, alhamdulillah bisa mencukupi keluarga, biaya anak sekolah dan untuk makan sehari-hari," jelasnya saat sedang menarik getek di Ulujami, Kamis (17/10/2019).
Di kampung halamannya ia adalah seorang petani dan hijrah ke Jakarta demi mengubah nasib.
"Penghasilan per hari tidak menentu terkadang sekitar Rp 150 ribu-Rp 200 ribu," tuturnya
Setiap hari ia mulai menarik getek pada pukul 06.00 hingga pukul 20.00.
"Kalau hari biasa, ramai anak sekolah naik getek tetapi kalau hari libur sepi penumpang karena sekolah libur," katanya.
Selain anak sekolah, karyawan maupun masyarakat sekitar juga turut naik getek karena harga yang ditawarkan lebih murah yaitu Rp 2.000 sekali naik.
"Saya bersyukur menjadi penarik getek karena termasuk untuk menolong orang, apalagi tarif sekali jalan hanya Rp 2.000. Kalau dipikir-pikir jika memutar arah membutuhkan waktu yang lama dan akan menghabiskan biaya yang lebih mahal Rp 12.000 untuk naik ojek online," ujar Waryo.
Waryo mengungkapkan kendala dalam menarik getek ialah apabila sedang musim hujan dan air kali naik, maka penumpang akan lebih memilih memutar arah karena akan membahayakan keselamatan diri mereka.
"Tetapi kalau saya sudah biasa jadi tidak merasa takut maka saya tetap narik getek, risikonya penumpang sepi," ungkapnya.
Sehari-hari Wiryo tidur di masjid terkadang di dalam perahu.
"Rumah saya di Bekasi jadi ke Ulujami numpang cari nafkah dan pulang setelah 20 hari narik, karena perahunya milik tiga orang makanya harus bergantian yang menariknya", ucapnya.
Jika sedang tidak narik, ia membantu istri berjualan makanan ringan di Bekasi.
Berkat jadi penarik getek ia mampu menyekolahkan keempat anaknya bahkan anak pertamanya sudah jadi sarjana, anak keduanya sudah bekerja, anak ketiganya telah tamat SMA dan yang terakhir masih duduk di sekolah dasar.(Meliana)