Cerita Toto Suryanto, Perawat 100 Makam di TPU Karet Bivak
Sambil bersantai di bawah rindangnya pohon di tengah sesaknya pemakaman, ia bercerita bahwa pekerjaannya yang tidak bergaji pasti ini
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Magang Muhammad Alberian Reformansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Terik matahari membakar Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak yang sudah padat dengan makam jenazah keluarga.
Namun, TPU yang sudah sesak dengan makam jenazah itu tetap terlihat hijau dan segar. Tentunya hal tersebut adalah hasil buah kerja para perawat makam setempat yang giat merapihkan makam yang ada di sana, seperti Toto (56).
Toto sudah biasa merawat makam-makam dinTPU Karet Bivak sejak ia masih kecil. Bermodal alat seperti Pacul, Parang, dan penyiram air, ia bekerja sebagai perawat makam yang bertanggungjawab dalam menggali dan merawat pemakaman di TPU tersebut.
Baca: Temuan Makam Misterius di Tengah Tambak yang Mengering Gegerkan Lamongan
Aktivitas Toto, melanjutkan pekerjaan ayah serta kakeknya. "Dari kecil (bekerja). Turunan dari kakek, bapak. Saya penerusnya," kata Toto saat ditemui Selasa (29/10/2019).
Toto mendapat tanggung jawab merawat 100 makam dari ahli waris. Ia mengaku sempat kewalahan dan membutuhkan bantuan tenaga lebih untuk mengurusnya, terutama ketika musim ziarah.
"100 makam ada, terkadang saat Lebaran saya harus menyiapkan anak buah untuk bantu saya. Membantu menyiram atau menggunting rumput yang tumbuh di atas tanah makam. Kalau hari biasa, dengan apa untuk membayar mereka. Untuk sendiri aja engap-engapan (susah red)," katanya.
Baca: Satu Makam Warga di Desa Penungkiren Ambruk dan Hilang Akibat Longsor
Di TPU Karet Bivak, pekerjaan perawat makam, atau yang lebih dikenal sebagai "tukang gali kubur" ini ternyata tidak berpenghasilan pasti. Mereka yang berprofesi ini tidak diwadahi oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
"Kalau ada yang meminta gratis, terus terang saya tidak memaksakan (untuk dibayar). Hanya saja, kalau rumput (makam)nya jelek, kagak bagus, tidak hijau, jangan komplain sama saya," kata Toto.
Banyak ahli waris yang mempercayakan Toto untuk merawat makam keluarganya dengan timbal balik uang tunai walaupun Toto tidak mematok harga untuk jasanya tersebut. Toto mengaku mampu membiayai kehidupan keluarganya dari pendapatan tak pastinya itu. Ia berhasil menyekolahkan 4 anaknya yang sekarang sudah berumahtangga.
"Alhamdulillah sih, rejeki mah kan gak (akan) tertukar. Buat anak ada, buat (keperluan) dapur ada, buat simpenan untuk hari tua ada. Alhamdulillah," aku pria kelahiran tahun 1963 ini.
Sambil bersantai di bawah rindangnya pohon di tengah sesaknya pemakaman, ia bercerita bahwa pekerjaannya yang tidak bergaji pasti ini pernah mendapat penolakan dari pemerintah setempat.
Pasalnya, pihak pemerintah pernah melarang pekerjaan perawat makam untuk beroperasi di area TPU Karet Bivak. Namun, para perawat dibela oleh ahli waris yang makam keluarganya dirawat oleh mereka."Dulu sempet terusir karena (pekerjaan) perawat (makam) rencananya tidak boleh berkecimpung di area pemakaman, cuma dari ahli waris, pada membutuhkan kita," cerita Toto.
"Karena mereka membutuhkan kita dan sudah kenal puluhan tahun, jadi dipertahankan saya dan semua perawat makam," lanjutnya.
Baca: Menangis di Depan Makam Sparta, Bima Aryo Mengaku Berat Ditinggal Anjing Kesayangannya
Ditengah sepinya TPU, Toto mengaku belum dapat penghasilan sama sekali hari ini. Namun, ia tetap setia merawat makam yang telah dipercayai ahli waris kepadanya.
Seusai merawat makam, ia beristirahat di kursi kayunya. Dibawah rindang pohon dan ditemani sunyi pemakaman, ia selalu siap menyambut ahli waris yang hendak berziarah.