Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Abdullah, Jadi Badut Jalanan untuk Hidupi Nafkah Keluarga

Pulang seminggu sekali, Abdullah (28) rela tidur di emperan toko demi hemat ongkos.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kisah Abdullah, Jadi Badut Jalanan untuk Hidupi Nafkah Keluarga
TRIBUNJAKARTA.COM/NUR INDAH FARRAH AUDINA
Abdullah, badut di kawasan Pondok Melati, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/11/2019). 

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Nur Indah Farrah Audina

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Pulang seminggu sekali, Abdullah (28) rela tidur di emperan toko demi hemat ongkos.

Ketika melintas di Jalan Raya Hankam tepatnya di persimpangan Sumir, Pondok Melati Kota Bekasi, Jawa Barat para pengendara sudah tak asing lagi dengan kemacetan yang ada. 

Namun, sejak 2 tahun lalu, di tengah kemacetan itu mulai hadir sejumlah badut untuk menghibur para pengendara yang melintas.

Baca: Kisah Guru Honorer Gaji Rp 700 Ribu Sebulan, Malamnya Nyari Uang Tambahan Jadi Badut Hantu

Baca: Bocah 12 Tahun di Bekasi Kabur dengan Pacarnya, Orangtua Lapor Polisi

Satu di antaranya ialah Abdullah.

Ayah tiga anak ini setiap harinya berada di lokasi tersebut dan mengenakan kostum kartun Masha di film Masha and The Bear.

Sambil bergoyang dan melambai kepada setiap pengendara, Abdullah berada di tepi jalan tersebut.

Tampak sesekali ia membuka penutup kepalanya ketika merasa panas.

Berita Rekomendasi

Sambil menyeka keringatnya, ia tetap tersenyum ketika ada yang berteriak 'badut'.

Sebenarnya Abdullah bukanlah warga sekitar lokasi.

Ia justru merupakan warga Depok, Jawa Barat yang sengaja menjadi badut di lokasi tersebut.

Pada awalnya, lelaki asal Tegal ini mengatakan berprofesi sebagai tukang vermak keliling di tahun 2.000 di kawasan Depok.

Namun, karena ingin mencoba sesuatu yang baru, Abdullah menjual peralatan vermaknya itu untuk mengontrak di kawasan Kalideres dan menjadi penjahit di konveksi.

"Kalau di sini baru 2 tahun, karena sebelumnya sempat jadi tukang vermak dan kerja di konveksi. Dari vermak penghasilan Rp 150 perhari kan dan itu saya jalani sudah 7 tahun," katanya di lokasi, Selasa (26/11/2019).

"Namun karena sudah terlalu lama, saya niat mau cari penghasilan lebih baik lagi dan pergi ke Kalideres," sambung Abdullah.

"Tahu-tahunya malah salah, pas dikonveksi malah rendah banget penghasilannya cuma Rp 300 ribu perminggu padahal sudah jual gerobak vermak. Di situ akhirnya saya tahan-tahan sampai 1 tahun," tambahnya.

 Indra Sjafri Ungkap Dua Kunci Sukses Timnas U-23 Indonesia Kalahkan Thailand di SEA Games 2019

Selanjutnya, di tahun 2009, Abdullah yang sudah berkeluarga berusaha mencari pekerjaan lain dan pindah lagi ke Depok.

Setibanya di Depok, ia mengatakan bertemu dengan penyewa kostum badut seharga Rp 40 ribu perhari.

"Namanya ada keluarga, masa saya mau bertahan dengan gaji segitu seminggu. Akhirnya jadi badut. Waktu itu saya keliling bukan menetap seperti ini. Alhamdulillah sehari dapat Rp 100-150 ribu," ungkapnya.

Saat berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, sampailah Abdullah di Sumir.

Selama sebulan dia mengamati wilayah tersebut yang selalu ramai dan cenderung macet, namun tak ada petugas yang berjaga.

Akhirnya, ia memutuskan untuk menjadi badut di lokasi tersebut di tahun 2017 lalu.

"Di Depok banyak persimpangan, tapi banyak petugas jadi diusirin. Pas kebetulan saya tahu lokasi di sini aman, saya dari rumah naik angkot dan turun di sini," katanya.

Kendati demikian, Abdullah menjelaskan penghasilannya tetaplah sama. Selalu berkisar Rp 100-150 ribu.

Hanya saja ketika menetap ia bisa menyimpan tenaganya lebih banyak ketimbang berkeliling.

Pulang Seminggu Sekali

Meskipun sudah 2 tahun berada di lokasi tersebut, Abdullah menceritakan sejak satu setengah bulan lalu ia hanya pulang seminggu sekali.

Hal ini lantaran kostum yang masih menyewa dan ongkos pulang pergi (PP).

Sehingga ia memutuskan baru pulang ke rumahnya di Jalan Kampung Lio RT 5/20, Depok, Jawa Barat setiap hari Senin atau Selasa malam.

"Sekarang sewa kostum Rp 40 ribu, ongkos PP Rp 30 ribu aja sudah Rp 70 ribu. Pendapatan saya enggak nentu, paling banyak banget Rp 150 ribu," katanya menahan tangis.

"Makanya kalau saya bolak-balik terus kasian istri sama anak saya. Lebih baik saya yang susah di sini mereka di sana bisa makan," imbuhnya.

Usai menginap di sekitaran lokasi dan mandi di toilet umum, dalam seminggu Abdullah bisa memberikan uang kepada istrinya sekitar Rp 400-500 ribu.

"Alhamdulillah, kalau dulu paling banyak seminggu itu Rp 200 ribu, sekarang di atas itu. Enggak apa-apa saya seperti ini, asal anak bisa makan dan pada sekolah. Itu sudah cukup buat saya," lanjutnya.

Saat ini, Abdullah berada di lokasi tersebut mengenakan kostum badut mulai pukul 09.00-22.00 WIB.

"Berapa aja yang saya dapat saya syukuri. Intinya kalau tinggal diemperan gini pintar-pintar jaga diri aja. InsyaAllah selama kita mau usaha rezeki pasti ada dan selama kita berdoa, InsyaAllah dikasih perlindungan sama Allah," tandasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Kisah Abdullah, Jadi Badut di Simpang Jalan Kota Bekasi, Tidur di Emperan, Pulang Seminggu Sekali

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas