Para Pemenang dan Dewan Juri Anugerah Adinegoro Jurnalistik 2020 Bertatap Muka
Para pemenang dan Dewan Juri Anugerah Adinegoro Jurnalistik 2020 akhirnya bertatap muka, meski dibatasi karena pandemi Covid-19.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pemenang dan Dewan Juri Anugerah Adinegoro Jurnalistik 2020 akhirnya bertatap muka, meski dibatasi karena pandemi Covid-19.
Pertemuan yang dikemas hybrid dalam Webinar Anugerah Jurnalistik Adinegoro dari Candi Bentar Hall, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (6/2/2021) ini juga dihadiri wartawan, mahasiswa serta masyarakat luas baik melalui fasilitas Zoom maupun platform media sosial. Webinar ini juga bagian dari rangkaian acara peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 yang dipusatkan di Jakarta.
Selama dua jam lebih acara berlangsung dipandu praktisi penyiaran Slamet Mulyadi dan Jimmy Silalahi selaku moderator, masing-masing pemenang diberi kesempatan mempresentasikan perjalanan kreatifnya hingga menjadi sebuah karya terbaik yang meraih Anugerah Adinegoro Jurnalistik 2021.
Salah satu pemenang dari kategori media cetak, Devi Ernis menuturkan, butuh waktu beberapa bulan sampai akhirnya ia bersama tim Majalah Tempo menemukan tokoh yang layak diangkat dalam karya "Jalan Pedang Dai Kampung".
Sebab, ada juga saat perjalanan, ternyata mereka tidak konsisten menyuarakan toleransi, hanya bertahan beberapa waktu kemudian redup.
"Tempo sejak awal memberi perhatian pada isu-isu toleransi, kerukunanan antaraumat beragama. Ternyata di daerah-daerah, kampung-kampung yang belum kita tahu, masih ada, masih banyak dai-dai yang memang menyuarakan toleransi," kata Devi Ernis yang hadir secara fisik mengawali sesi pertama.
Enam dai yang diangkat dalam karya itu, menurut Devi, setidaknya bisa memberi gambaran kehidupan toleransi di daerah perkampungan terpencil yang sarat perjuangan. Tantangan dirasakannya ketika harus wawancara lapangan di tengah pandemi.
"Kesulitan masuk Kalimantan, karena waktu itu zona merah, kami cukup menunggu dulu, untuk kemudian masuk dan mewancarai tokoh dari Kalimantan," jelasnya.
Wartawan kawakan Asro Kamal Rokan mewakili Dewan Juri Kategori Media Cetak, menanggapi. Ia mengungkapkan, terjadi perdebatan serius dan seru saat menentukan karya terbaik dari 75 karya yang masuk.
Maria D. Andriana selaku ketua dewan juri dan anggota Ahmed Kurnia S. juga hadir dalam webinar ini secara daring.
"Kenapa Jalan Pedang Dai Kampung ini menjadi pemenang? Kami semua sepakat inilah yang terbaik, ini bukan sekadar persoalan toleransi, ini ada inisiatif dari tokoh-tokoh daerah pemilik-pemilik pesantren di daerah untuk membangun masyarakat, tentang ekonomi, kebersamaan seperti kasus di Aceh dan Bojonegoro,” jelas Asro Kamal Rokan.
“Itu jadi inspirasi yang kuat, yang bisa mengilhami banyak orang bahwa pesantren itu tidak seperti dibayangkan orang.”
Totok Wijayanto dari Harian Kompas, pemenang Adinegoro kategori foto, menceritakan pengalaman pertamanya di tempat pemakaman umum jenazah COVID-19 sekitar April 2020 lalu.
“Jadi Kompas dalam tanda kutip tidak mengharuskan wartawannya ke lapangan, kalau bekerja tidak siap secara mental dan fisik. Jadi benar-benar diharuskan memantapkan hati dulu, karena waktu awal-awal kita tidak tahu, seperti apa virus ini,” tutur Totok.