Cerita PSK di Depok Saat Pandemi Covid-19 Jalankan Bisnis Prostitusi dari Bilik Kamar Kos
Tak sampai 30 menit, pelanggannya datang ke kontrakan berwarna hijau kusam tempat Leida bisa memberikan layanan cinta sekejap.
Editor: Hasanudin Aco
"Langsung masuk (kamar) saja mas, nyantai. Sudah biasa kok," sapa hangat salah satu teman Leida.
Leida yang sedari tadi menunggu tamunya kembali berseri-seri. Ia tak sungkan menggenggam tangan pelanggan dan menuntunnya masuk ke kamar.
Kamar Leida dan dua temannya memberikan layanan persetubuhan kurang lebih 4x4 meter.
Ada dua kasur lipat, bantal dan guling di sana.
Sekilas sedikit berantakan. Sejumlah alat rias, beberapa bungkus makanan dan remah-remahnya, berserakan di sudut lantai.
Sebuah kipas angin berukuran kecil, tak mampu menghilangkan hawa panas dari dalam ruangan tersebut.
Leida, seperti teman-temannya yang lain, punya sejumlah peraturan yang wajib ditaati pelanggan. Bisa dibilang ada protokolnya.
"Satu kali main ya, maksimal satu jam lah," kata Leida mengingatkan aturan main kepada pelanggannya.
Sementara Leida menservis pelanggannya, dua wanita temannya menunggu di lorong.
Mereka juga menunggu pesan masuk dari tamu yang ingin mendapat layanan mereka.
Waktu satu jam berlalu cepat. Dari luar sudah terdengar ketukan pintu, tanda agar Leida dan pelanggannya segera berbenah. Karena kamar akan dipakai temannya yang baru dapat tamu.
"Buruan, pelanggan gue sudah datang nih. Jangan lama-lama," begitu katanya.
Keluar dari sana, Leida menawarkan pelanggannya untuk sekedar rehat. Lebih seringnya ada pelanggan yang suka basa-basi menyoal apa saja.
Kebanyakan Remaja