Sejarawan UI Ungkap Banjir di Jakarta Sudah Terjadi Sejak Zaman Kerajaan Tarumanegara
Sejak zaman Tarumanegara, tepatnya saat Raja Purnawarman memimpin kerajaan tersebut pada abad ke-5 Jakarta sudah kerap dilanda banjir.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banjir menjadi permasalah klsaik di Jakarta.
Bahkan sejak zaman Tarumanegara, tepatnya saat Raja Purnawarman memimpin kerajaan tersebut pada abad ke-5 Jakarta sudah kerap dilanda banjir.
Sejarawan Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso mengatakan catatan sejarah menunjukkan Raja Purnawarman memerintahkan membangun sebuah Bendungan untuk mencegah banjir di Jakarta.
“Catatan sejarah menunjukkan bukan hanya sejak masa Belanda, tetapi bahkan sudah sejak zaman Tarumanegara. Raja Purnawarman memerintahkan membangun sebuah Bendungan untuk mencegah banjir,” ujar dosen sejarah do FIB Universitas Indonesia ini dalam Dialog Sejara Virtual: Banjir di Jakarta Riwayatmu Dulu, seperti disiarakan langsung di Channel Youtube Historia.id, Selasa (23/2/2021).
Baca juga: Bencana Banjir Diharapkan Jadi Pembelajaran, Pemda Diingatkan Antisipasi Datangnya Banjir
“Jadi banjir itu merupakan satu hal yang terjadi bahkan sebelum kota ini menjadi kota pelabuhan yang ramai. Ini karena karakteriski geologi geografi dan geomorfologi dari Jakarta yang memang wilayah ini rawan banjir,” jelas Bondan.
Dia menjelaskan Jakarta merupakan daerah delta sungai.
Paling tidak terdapat 13 sungai yang bermuara di teluk Jakarta.
Baca juga: VIRAL Menikah saat Banjir, Warga Inisiatif Gotong Pengantin Pakai Bak Bayi, Tetangga: Spontan Saja
Belum lagi karakteristik wilayah Jakarta yang berbentuk cekungan.
“Jadi bisa dibayangkan 13 sungai yang semuanya bermuara di satu tempat dan mengalir mengelilingi suatu wilayah yang sekarang kita kenal sebagai Jabodetabek,” katanya.
Karena itu, ia menjelaskan banjir itu sudah menjadi persoalan sejak zaman Tarumanegara terkait karakteristiknya yang rawan banjir.
Aneka upaya sudah dilakukan untuk mencegah dan mengatasi banjir di Jakarta sejak zaman Tarumanegara, seperti membangun bendungan-bendungan.
Baca juga: Wagub DKI Cek Pengembang dan Pemilik Bangunan Nakal yang Jadi Biang Banjir Ibu Kota
Ketika Belanda datang ke pelabuhan Sunda Kelapa, lebih lanjut, mereka sudah mengenali karakteristik wilayah Jayakarta yang secara geografi berpotensi terjadi banjir.
Namun, Belanda sudah terbiasa dengan wilayah seperti Jakarta Raya karena mirip dengan negara mereka.
Bahkan Belanda itu berada di bawah ketinggian permukaan laut.
“Jadi bagi mereka situasi Batavia itu bukan sesuatu yang asing dan kemudian mereka coba terapkan teknologi di Jakarta,” katanya.
“Mereka terbiasa merekayasa sistem irigasi dan kanal. Karena itu mereka membangun Batavia sebagai kota dengan sistem kanal seperti kota-kota di Belanda. Karena mereka punya pengalaman membangun sistem kanal, bendungan di Belanda untuk menjinakkan banjir di Jakarta,” jelasnya.
Berdasarkan data dan catatan sejarah, kata dia, Belanda melakukan upaya-upaya untuk mencoba merekayasa berbagai macam sungai yang ada di Jakarta.
Setelah Indonesia direbut VOC pada tahun 1619, dia menjelaskan, ada upaya untuk meluruskan Sungai Ciliwung dan membuat kanal-kanal di sekitarnya.
“Dilebarkan agar dapat menyebarkan air supaya nggak menumpuk, mengumpul. Dan cukup berhasil. Itu di abad 17,” ujarnya.
Hingga tahun 1730-an, cara Belanda itu cukup berhasil mencegah dan mengatasi banjir di Jakarta.
“Sampai dengan mungkin tahun 1730 sekian, lamanya hampir 20 tahun,” jelasnya.