Ketua MUI DKI: Keberhasilan Perjuangan Seorang Muslim Dimulai dari Keluarga
Ketua MUI DKI Jakarta KH Munahar mengatakan, setiap muslim memiliki kewajiban menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Hasiolan Eko Purwanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai kesempurnaan iman seseorang bisa dinilai dari keluarganya. Namun, menata keluarga memang tidak mudah.
Terkadang suami atau istri bisa mendapat godaan seperti peristiwa yang dialami Nabi Adam yang digoda iblis untuk memakan buah yang dilarang Allah SWT, sehingga dikeluarkan dari surga.
“Titik awal perjuangan dinilai bisa berhasil itu bukan berasal dari orang lain, tapi dari keluarga,” ungkap KH Munahar, Ketua Umum MUI DKI Jakarta saat membuka pengajian akbar yang digelar DPW LDII DKI Jakarta secara virtual, Minggu (14/3/2021).
KH Munahar mengatakan, setiap muslim memiliki kewajiban menjaga dirinya dan keluarganya dari api neraka.
Dengan pedoman Alquran dan Hadis, suami diharapkan agar selalu menyadari hak dan kewajiban sebagai suami. Sedangkan istri juga perlu menyadari hak dan kewajibannya juga sebagai istri.
Baca juga: Tiap Acara Keluarga Kapten Afwan Berikan Tausiah, Foto Profil WhatsApp Jadi Perhatian
“Walaupun sederhana, tapi kalau rumah tangganya bahagia, maka itu bagian surga dunia. Baiti jannati,” katanya.
Ia juga berpesan di hadapan 1.000 peserta daring agar hidup dengan menata kebahagiaan rumah tangga yang baik, saling menyadari hak dan kewajiban masing-masing, saling menghargai maka kebahagiaan akan tercapai.
Baca juga: Gus Miftah Ajak Deddy Corbuzier Tausiah Bareng di Akhir Tahun
Tausiyah lalu dilanjutkan oleh Ketua Dewan Penasehat DPW LDII DKI Jakarta, KH Aceng Karimullah.
Senada dengan KH Munahar, narasumber KH Aceng Karimullah secara detail menyampaikan dalam rumah tangga bila inisiatif tidak dilakukan, akan timbul konflik.
Seringkali hal sepele tapi bisa jadi masalah besar, karena beberapa hal tidak berani diungkapkan. Jika tidak dijembatani, menjadi konflik di usia muda pernikahan 0-10 tahun.
KH Aceng Karimullah, yang juga anggota Bidang Fatwa MUI DKI Jakarta ini mengawali dengan penjelasan ilustrasi struktur otak yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Mengutip Mark Gungor, ia mengatakan bahwa otak pria diibaratkan seperti beberapa kotak yang punya masing-masing masalah.
Ketika pria mendiskusikan masalah, akan membahas kotak itu saja tidak menyenggol kotak yang lain.
Lain halnya dengan otak wanita, tidak disatukan tapi menghubungkan satu masalah dengan masalah yang lain. Seakan-akan anggapan kaum pria, wanita segala masalah diurus.
Maksudnya dari hal ini, KH Aceng mengatakan bukan untuk saling menyalahkan antara laki-laki dan perempuan, tapi saling memaklumi.
Para pemuda laki-laki atau perempuan perlu membekali diri dalam keimanan dan akhlak. Laki-laki sebagai suami perlu meluruskan akidah sendiri, baru meluruskan akidah istri.
Kualitas keimanan seseorang ditentukan dalam akhlak sehari-hari. Orang terbaik bagi keluarganya adalah yang terbaik memperlakukan istrinya dan keluarganya.
Dinamika tahun pertama pernikahan bisa jadi mengeluarkan sifat atau karakter asli dari tiap pasangan.
Usaha untuk menengahi konflik, sabar, usaha, mediasi.
Sabar diungkapkan KH. Aceng dalam azzawajir aniq tarofa kaba'ir yakni memaklumi dan memaafkan.
Pertikaian suami istri biasanya disebabkan karena komunikasi yang tidak berjalan. Suami punya hak atas istri, dan istri punya hak atas suami. Tidak bisa juga sekedar menuntut hak, tapi juga menjalankan kewajibannya.
Kyai Aceng menerangkan ada 4 golongan wanita penghuni surga dan 4 wanita penghuni neraka.
Yakni imro’atan afifah (wanita yang terjaga) tidak berbuat dosa, pelanggaran, takut untuk melanggar, taat kepada Allah dan suaminya.
Lalu wanita yang subur peranakan serta sabar dan selalu syukur bersama suaminya.
Sabar dan bersikap qoni’ah.
Yang ketiga, wanita yang memiliki rasa malu, jika suaminya pergi, dia menjaga kehormatan dirinya dan menjaga harta suaminya.
Yang keempat wanita yang ditinggal mati suaminya sementara dia punya beberapa anak yang masih kecil-kecil.
Wanita itu menahan diri untuk tidak menikah lagi demi mendidik dan menjaga anak-anaknya. Pengorbanan seperti itu bukan sia-sia tapi pengorbanan calon penghuni surga.
Empat golongan perempuan penghuni neraka; wanita yang jelek ucapannya, tidak menjaga kehormatan dirinya, lalu wanita yang membebani suami hal yang di luar kemampuan suami.
Yang ketiga, wanita yang tidak menutup aurat dari yang bukan mahram, lalu keempat adalah wanita yang tidak punya program kegiatan selain makan, minum, dan tidur. Tidak ada semangat untuk ibadah, tidak patuh kepada Allah dan Rasul, dan pada suami.
Ketua DPW LDII DKI Jakarta, Teddy Suratmadji menjelaskan, bahwa pengajian akbar se-DKI Jakarta ini sedianya akan di buat berlanjut.
Setelah Tahap 0-10 tahun pernikahan; Cita dan Cinta 10 Tahun Rumah Tangga, selanjutnya melibatkan pasangan dengan usia pernikahan 10-20 tahun (bertema sebagai teman anak-anak). Ajang ini dipungkasi dengan tahap; Menikmati Masa Tua (Empty nest syndrome).
‘’Bagaimana pasutri menikmati masa tua dengan kondisi rumah yang kembali sepi setelah anak-anak menjadi dewasa dan berumah tangga serta memiliki kehidupan sendiri-sendiri. Ada rasa kekosongan, bagaimana kita menyikapinya,’’ papar Teddy.
Selain melalui aplikasi zoom, peserta mengikuti acara live di youtube dan website live.ldiijakarta.or.id. Tercatat peserta yang mengakses kegiatan pengajian akbar dari laman web DPW LDII Jakarta sebanyak 4.616 viewer. Sementara dari live Youtube 1.616 views.