Babeledugan Hingga Menyewakan Buku Bacaan Jadi Kenangan Indah Asep Wahyuwijaya
Bulan suci Ramadan menyimpan cerita tersendiri bagi setiap individu yang menjalankannya, tak terkecuali bagi anggota DPRD Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudistira Wanne
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, BOGOR TENGAH - Bulan suci Ramadan menyimpan cerita tersendiri bagi setiap individu yang menjalankannya, tak terkecuali bagi anggota DPRD Jawa Barat, Asep Wahyuwijaya.
Wakil Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Barat itu memanfaatkan momentum Ramadan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
Selain melakukan kewajiban puasa, Asep memiliki kisah menarik saat menjalani Ramadan ketika usianya masih kecil.
Ketika masa kecil, Asep tinggal di 2 kota, yakni Sukabumi dan Bogor.
Saat berada di Sukabumi, Asep memanfaatkan waktu ngabuburit dengan cara membawa buku bacaan yang dimilikinya ke halaman salah satu masjid di Kota Santri.
"Saat menjalani puasa ketika di Sukabumi, ngabuburitnya itu ke alun-alun Masjid Agung, Kota Sukabumi. Kegiatan yang dilakukannya menyewakan buku-buku bacaan atau komik anak," ujarnya.
"Jadi, kita bawa buku bacaan dan tikar dari rumah lalu kita menggelarnya di taman berumput alun-alun Masjid Agung, Kota Sukabumi," tambahnya.
Sementara itu, ketika menjalani ngabuburit di Kota Bogor yang menjadi kebanggaannya, Asep memilih untuk menunggu waktu berbuka puasa dengan cara memainkan permainan tradisional.
Dalam memainkan permainan tradisional tersebut, Asep pun tidak sekedar ikut-ikutan. Dia, memiliki kriteria khusus yang dianggap memiliki nilai estetika.
"Saat menjalani puasanya di Bogor, saya main "bebeludugan" (bedil lodong) berbahan minyak tanah adalah hal yg tak pernah kita tinggalkan permainannya saat jelang berbuka atau setelah tarawih," jelasnya.
"Warna yang lebih hijau muda dan ada pola garis-garis di kulit bambu andong itu yang menurut saya bebeludugannya menjadi terlihat jauh lebih elegan dan menawan," sambungnya.
Tidak hanya itu, Asep juga memilih lodong dengan bahan bambu berbeda dan ukurannya kecil agar tidak terlalu berbahaya.
"Entah kenapa saya lebih suka memilih bebeledugan yang menggunakan bahan dari awi (bambu) andong ketimbang dari bambu bitung yang ukurannya jauh lebih besar. Mungkin karena ukurannya yang lebih kecil, suara yang dikeluarkannya pun tak begitu keras menggelegar," tegasnya.
Selain itu, Asep mengaku setiap kali bermain lodong, maka bagian alis mata terdampak oleh permainan tersebut.
"Satu hal lain yang pasti tak akan dillupakan karena keseringan main bebeludugan adalah bulu mata kita yang hilang atau setidaknya menjadi pendek dan "keriting"," tandasnya.