Kalangan Milenial dan Netizen Mengapresiasi Ketua DPR RI
Kalangan muda, khususnya mahasiswa dan milenial, serta kalangan pegiat dunia maya (netizen) mengapresiasi perjuangan Puan Maharani
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kalangan muda, khususnya mahasiswa dan milenial, serta kalangan pegiat dunia maya (netizen) mengapresiasi perjuangan Ketua DPR RI, Puan Maharani, yang berhasil meminta pemerintah untuk menunda kedatangan warga negara asing (WNA) ke Indonesia selama berlakunya larangan mudik kepada para WNI.
Pernyataan yang disampaikan Ketua Aliansi Mahasiswa dan Milenial Indonesia (AMMI), Nurkhasanah tersebut menyatakan sikap Puan meminta pemerintah menunda kedatangan para WNA tersebut benar-benar memastikan berjalannya penghormatan atas rasa keadilan warga Indonesia.
Sebagaimana beredar di berbagai media massa, sebelum berlangsungnya lebaran 1442 H yang jatuh pada Kamis (13/5) lalu, Puan Maharani melakukan peninjauan pelaksanaan larangan mudik, antara lain, di Bandara Soekarno-Hatta dan Jalan KM 31 Tol Cikampek, Rabu (12/5/2021) lalu.
Sebelumnya, Puan sudah meninjau pelaksanaan larangan mudik di Cirebon, Pelabuhan Merak, Pelabuhan Bakauheni, dan Tol Pejagan.
Dalam kesempatan itu Puan menyatakan, setelah melakukan koordinasi dengan DPR RI, pemerintah menunda kedatangan warga negara asing ke Indonesia selama masa pelarangan mudik Lebaran 2021.
Saat itu Puan menjelaskan, sikap pemerintah untuk menunda kedatangan WNA ke Indonesia selama masa larangan mudik itu tak lain demi rasa keadilan bersama.
Tidak hanya untuk urusan kedatangan WNA yang selama dua pekan terakhir banyak disesalkan para netizen, Nurkhasanah juga mengapresiasi perhatian dan kepedulian Puan yang meminta warga dan aparat pemerintah untuk tetap menerapkan disiplin protokol kesehatan.
Saat meninjau Bandara Soekarno-Hatta, Puan memang meminta pihak Bandara Soekarno-Hatta untuk tetap berdisipilin, mengingat bandara tersebut merupakan titik penting dalam pengendalian penularan covid-19.
"Apakah transmisi kota ke kota, negara ke negara masuk ke Indonesia, tergantung dari pengendalian di Soetta," tutur Puan saat itu.
Puan juga sempat berpesan agar tracing dan pengawasan ketat benar-benar dilakukan, guna memastikan penumpang dari luar negeri betul-betul menginap di hotel atau tempat karantina yang telah ditunjuk dan tidak melarikan diri.
Menurut Nurkhasanah, pesan-pesan tersebut tidak hanya menunjukkan kepedulian Ketua DPR kepada segenap masyarakat Indonesia, khususnya dalam kepedulian menghadapi pandemi Covid-19.
Menurut Nurkhasanah, pesan-pesan itu dengan tegas membuktikan kedalaman pengetahuan Puan tentang Covid-19 yang datang seiring kepeduliannya tersebut.
“Itu membuktikan bahwa Ketua DPR RI, Dr (HC) Puan Maharani sangat peduli, dan meminta kita semua tidak salah pikir dan hanya melakukan kedisiplinan menjelang dan selama Lebaran, karena bahaya Covid-19 ini nyata dan masih akan berlangsung. Itu harus Ibu Puan tegaskan, karena sama sekali tidak tertutup kemungkinan banyak warga yang silap dan hanya focus soal protokol kesehatan dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan pertahanan kita terhadap Covid-19 ini hanya menjelang dan selama Lebaran,” jelasnya.
Nurkhasanah menambahkan, atensi Puan Maharani terhadap persoalan kedatangan WNA dan keselamatan warga dari Covid-19 itu tidak hanya diapresiasi kalangan milenial di dunia nyata. Nurkhasanah mengingatkan, kepedulian Puan pun dicatat dan diapresiasi oleh para pegiat dunia maya atau netizen.
Ia menunjuk fakta bahwa pada Jumat malam (14/5/2021) tagar #AtensiKetuaDPR menjadi salah satu top trend Indonesia, dengan lebih dari 10 ribu cuitan di Twitter.
“Jadi, jangan pernah berpikir bahwa para netizen itu autis dan hanya mempedulikan diri mereka masing-masing. Siapa pun yang mereka nilai peduli kepada masyarakat, tentu akan mereka hargai dan hormati. Itu yang mereka lakukan sebagai apresiasi atas kepedulian dan atensi Ibu Puan,” kata Nurkhasanah.
Menurut dia, hal-hal yang berlangsung di ranah maya itu sering kali lebih jujur dibanding realitas keseharian di masyarakat.
“Beda dengan di dunia nyata yang masih memungkinkan orang untuk bermuka dua, di ranah maya para netizen bisa cuek. Mereka bisa saja tak mempedulikan siapa pun tokoh dan jabatan mereka manakala tokoh itu dirasa tak memberikan kontribusi apa pun. Tapi begitu seseorang dianggap perlu diapresiasi, netizen akan mengapresiasinya tanpa sekat-sekat apa pun,” ujar Nurkhasanah.