Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Satgas Pangan Polri hingga Wagub DKI Komentari Kenaikan Cabai, Gula hingga Tahu Tempe

Kenaikan sejumlah bahan pangan membuat Satgas Pangan Polri dan Wagub DKI bersuara, mereka punya analisa masing-masing soal penyebab kenaikan harga.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Satgas Pangan Polri hingga Wagub DKI Komentari Kenaikan Cabai, Gula hingga Tahu Tempe
TribunJakarta.com/Nawir Arsyad Akbar
Barang dagangan di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah bahan makanan dan kebutuhan pokok merangkak naik dalam waktu yang bersamaan menjelang Ramadhan.

Imbasnya masyarakat menjerit bahkan sempat ada aksi mogok produksi hingga mogok berjualan.

Satgas Pangan Polri dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat suara.

Mereka punya pandangan sendiri soal kenaikan tersebut.

Pedagang tengah melayani pembeli cabe merah keriting di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur,
Pedagang tengah melayani pembeli cabe merah keriting di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, (WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA)

Satgas Pangan Polri Jelaskan Penyebab Kenaikan Harga Gula, Kedelai dan Cabai Jelang Ramadhan

Satgas Pangan Polri mengungkap penyebab kenaikan harga gula hingga kedelai menjelang bulan Ramadhan.

Adapun kenaikan komoditas bahan pokok itu disebut karena dipengaruhi negara lain.

Berita Rekomendasi

"Khusus bahan-bahan pokok yang sebagian besar masih dipenuhi dari impor seperti kedelai, gula dan daging, kenaikan dipengaruhi oleh naiknya harga di negara asal," ujar Kasatgas Pangan Polri Irjen Pol Helmy Santika kepada wartawan, Jumat (4/3/2022).

Helmy menyatakan bahwa pemerintah juga menyikapi kenaikan harga komoditas barang tersebut dengan mengendalikan distribusi.

Selain itu, pihaknya juga menggelar operasi pasar.

"Mensikapi kenaikan tersebut telah ada berbagai kebijakan pemerintah dengan tujuan ketersediaan, distribusi dan harga terkendali dengan baik, diantaranya dengan menugaskan BUMN dan melaksanakan operasi pasar, sehingga harga masih bisa terkendali dan terjangkau oleh masyarakat," jelas Helmy.

Baca juga: Protes Harga Bahan Pokok Naik Bersamaan, Emak-emak di Pasar Kramat Jati: Pusing, Mau Masak Apa

Di sisi lain, Helmy menyatakan kenaikan harga cabai rawit merah dipengaruhi oleh faktor alam.

Menurutnya, curah hujan yang tinggi terjadi saat musim panen.

"Komoditi musiman seperti cabai rawit merah (CRM), kenaikan lebih disebabkan karena musim dan masa panen, pada saat curah hujan tinggi dan berakhirnya musim panen, maka harga CRM akan cenderung mengalami kenaikan terlebih dihadapkan meningkatnya permintaan karena puasa dan lebaran," pungkas dia.

Polisi Belum Temukan Praktik Kartel Minyak Goreng

Satgas Pangan Polri menemukan adanya pelaku usaha yang sengaja menahan stok minyak goreng.

Kasus itu ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Sebagaimana diketahui, kasus itu ditemukan di wilayah Makassar, Medan, Lampung, Lebak hingga sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Nasib 24 Ton Minyak Goreng yang Ditimbun Warga Lebak di Samping Rumahnya, Bakal Dijual Murah ?

Kasatgas Pangan Polri Irjen Pol Helmy Santika menyatakan, pelaku usaha sengaja menahan stok untuk menjual minyak goreng lantaran mereka membeli minyak itu sebelum adanya penetapan harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah.

"Ditemukan pelaku usaha yang menahan stok, karena membeli sebelumnya dengan harga lama yang lebih mahal dari harga baru," ujar Helmy kepada wartawan, Jumat (4/3/2022).

Helmy mengatakan, secara umum kelangkaan minyak goreng di sejumlah wilayah karena masih banyak pelaku usaha menyesuaikan pola harga.

Sebaliknya, stok minyak goreng dinyatakan aman.

"Secara umum di beberapa wilayah yang mengalami kondisi kelangkaan minyak goreng dikarenakan saat ini para pelaku usaha masih menyesuaikan pola kegiatannya dengan kebijakan dan langkah pemerintah dalam upaya stabilisasi harga minyak goreng, stok minyak goreng aman, saat ini dalam proses pendistribusian," jelas Helmy.

Baca juga: Lakukan Penipuan Minyak Goreng Murah Sejak 2021, Ibu Rumah Tangga di Koja Berakhir di Penjara

Helmy menyatakan pihaknya juga masih belum menemukan adanya kartel di balik kelangkaan minyak goreng.

Namun, Polri mempersilakan masyarakat melapor jika menemukan indikasi adanya kartel.

"Sejauh ini belum ditemukan adanya kartel, bila masyarakat memiliki informasi praktek-praktek kartel, permainan harga maupun penimbunan baik yang dilakukan oleh pelaku usaha, distributor maupun oknum tertentu,segera informasikan kepada Satgas Pangan Polri, untuk segera kami tindaklanjuti," jelas Helmy.

Baca juga: Ibu Rumah Tangga di Koja Raup Rp 1,6 Miliar Hasil Penipuan Jual Minyak Goreng Murah, Ini Modusnya

Terkait kasus pelaku usaha tahan stok, kata Helmy, pihaknya telah mengimbau agar mereka segera mendistribusikan minyak goreng ke masyarakat.

"Adanya pelaku usaha, baik produsen, distributor yang menahan atau hold stok minyak goreng, Polri menghimbau untuk segera mendistribusikannya, jangan kurangi produksi dan alokasi distribusi," pungkasnya.

Wagub DKI Ungkap Dampak Invasi Rusia ke Ukraina Jadi Sebab Harga Bahan Pangan di Jakarta Naik

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan, perang antara Ukraina dan Rusia berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas pangan di Indonesia.

Pasalnya, Ukraina merupakan satu di antara produsen gandum yang menjadi bahan pokok tepung terigu.

"Ada Ukraina perang dengan Rusia, itu kita mengimpor bahan gandum yang besar sekali dari Ukraina, kita juga akan berdampak," ucapnya di Balai Kota, Jumat (4/3/2022).

"Mudah-mudahan sampai hari ini masih bisa tercukupi dari stok yang ada," tambahnya menjelaskan.

Baca juga: Ramai di Media Sosial, Sirkuit Formula E di Kawasan Ancol Sudah Tahap Pengaspalan

Selain konflik yang terjadi di Eropa Timur, Ariza menyebut, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan yang terjadi belakangan ini.

Beberapa faktor itu seperti tingginya kebutuhan atau permintaan masyarakat, kurangnya pasokan, hingga faktor cuaca.

Orang nomor dua di DKI ini menyebut, ketiga faktor ini lumrah terjadi jelang hari raya Idul Fitri atau lebaran.

"Ya memang ini kan setiap tahun ketika memasuki bulan suci Ramadan, Idul Fitri, Natal, dan tahun baru memang selalu diikuti dengan adanya peningkatan harga sembako atau pangan," ujarnya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di kawasan TPU Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan, Minggu (30/1/2022)
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria di kawasan TPU Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan, Minggu (30/1/2022) (Warta Kota/Desy Selviany)

Untuk mengatasi hal ini, beragam upaya dilakukan Pemprov DKI Jakarta untuk menstabilkan harga, salah satunya dengan menggelar operasi pasar.

Dengan operasi pasar ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan bahan pangan dengan harga murah atau terjangkau.

"Itu sudah menjadi tugas kami bersama dengan pemerintah pusat untuk menstabilkan harga agar masyarakat memiliki kemampuan menjangkau kebutuhan pangan," tuturnya.

Harga Daging Ayam di Pasar Kramat Jati Ikutan Naik jadi Rp 38 Ribu Per Ekor

Selain daging sapi, harga daging ayam di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur juga mengalami kenaikan dari Rp 35 ribu jadi Rp 38 ribu per ekor.

Tri (42), pedagang daging ayam di Pasar Kramat Jati mengatakan kenaikan Rp 3 ribu ini sudah terjadi dalam sepekan terakhir.

"Per ekor biasa Rp 35 ribu sekarang Rp 38 ribu. Untuk harga daging per kilogramnya juga naik Rp 3 ribu , per kilogram jadi Rp 38 ribu juga," kata Tri di Pasar Kramat Jati, Jumat (4/3/2022).

Menurut dia, kenaikan harga ayam ini lumrah karena kerap terjadi jelang bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Namun, dia juga mengakui kenaikan harga daging ayam ini membuat daya beli masyarakat menjadi turun karena terjadi bersamaan naiknya harga minyak goreng, tempe, tahu, daging sapi, dan cabai.

"Dampaknya ada orang yang biasa beli sekilo gram, sekarang jadi setengah kilogram. Apalagi, sekarang apa-apa mahal kan. Tapi, pelanggan sih rata-rata pada maklum," kata dia.

Utami (39), pedagang daging ayam lainnya menyebut kenaikan harga daging ayam sepekan terakhir berkisar Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu.

Dia mencontohkan, harga daging ayam per kilogram di lapaknya yang naik dari Rp 25 ribu menjadi Rp 30 ribu per kilogram sehingga banyak dikeluhkan pembeli.

"Biasanya sih tanggal muda, pertengahan (bulan) ke tanggal tua biasanya (harga) turun. Nanti, kalau sudah tanggal muda, naik lagi harganya," tutur Utami.

Lapak pedagang daging ayam di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (4/3/2022)
Lapak pedagang daging ayam di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (4/3/2022) (TribunJakarta/Bima Putra)

Utami menuturkan kenaikan harga yang diprediksi masih dapat melonjak ini memberatkan pedagang karena membuat mereka mengeluarkan modal lebih banyak.

Sementara bila terlampau menaikkan harga jual untuk mendapat untung dagang dia khawatir pelanggan yang di lapaknya beralih ke pedagang daging ayam lain.

"Pelanggan banyak yang engak mau tahu, biasa (harga) segini ya segini. Jadi pinter-pinter aja jualannya, yang penting masih dapat untung sedikit saja enggak apa sekarang," lanjut dia.

Usai Pedagang Mogok Jualan, Harga Daging di Pasar Kramat Jati Naik jadi Rp 140 Ribu Per Kg

Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang sempat melakukan aksi mogok dagang kembali berjualan pada Jumat (4/3/2022).

Andri (41), satu pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati yang sempat melakukan mogok dagang mengatakan aksi protes selesai lebih awal dari waktu yang ditargetkan.

Aksi mogok pedagang daging sapi yang sebelumnya ditarget berlangsung lima hari terhitung Senin (28/2/2022) hingga Jumat (4/3/2022) sudah berakhir pada Kamis (3/3/2022).

"Dari kemarin sudah mulai ada yang dagang, dua hari terakhir ini sudah mulai jualan lagi. Untuk demo sudah selesai, kita masih menunggu hasilnya," kata Andri di Pasar Kramat Jati, Jumat (4/3/2022).

Baca juga: Kunjungi Cold Storage di Jakarta Timur, Mentan SYL Pastikan Pasokan Daging Sapi Aman

Para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati masih menunggu langkah pemerintah menurunkan harga daging sapi lokal dan impor sebelum memasuki bulan Ramadan.

Pasalnya setelah aksi mogok yang dilakukan pedagang di sejumlah wilayah Jabodetabek berlangsung, hingga kini harga daging sapi lokal dan impor terus melonjak.

Sebelum mogok jualan sejak Senin (28/2/2022) lalu, harga daging sapi lokal di Pasar Kramat Jati sebesar Rp 130 ribu per kilogram. Namun, kini harga daging tersebut naik menjadi Rp 140 ribu per kilogram.

Sementara, harga daging sapi impor yang sebelum mogok berlangsung Rp 120 per kilogram sekarang naik ke Rp 130 ribu, kenaikan ini semakin dikeluhkan pedagang dan pembeli.

"Inginnya pedagang harga turun hari ini masih begini aja. Bahkan ada kenaikan, kenaikannya di daging sapi lokal sama impor setelah demo. Harusnya kita jual (daging sapi lokal) Rp 140 ribu," ujarnya.

Lapak pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati yang sepi karena para pedagang melakukan mogok, Jakarta Timur, Senin (28/2/2022).
Lapak pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati yang sepi karena para pedagang melakukan mogok, Jakarta Timur, Senin (28/2/2022). (TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA)

Andri menuturkan kenaikan harga tersebut karena harga dari tempat pemotongan hewan tempat para pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati membeli sudah menaikkan harga.

Meski terjadi kenaikan harga setelah mogok, menurutnya pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati sekarang masih menggunakan harga sebelum mogok di Rp 130 ribu per kilogram.

"Kita menyesuaikan dengan pembeli. Mau kita naikin juga susah, jadi kita tetap aja standar Rp 130 ribu. Artinya kita bukan mau monopoli (harga), kita melihat kebutuhan di bawah," tuturnya.

Andri mengatakan pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati memilih tidak menaikkan harga karena 80 persen pembeli mereka merupakan pedagang rumah makan.

Seperti pedagang bakso, soto daging, rumah makan padang, dan Warteg yang setiap harinya membutuhkan daging sapi sebagai bahan dasar menyajikan menu makanan.

"Mereka juga enggak menaikkan harga makanan, jadi mau enggak mau kita (pedagang) enggak menaikkan harga. Mungkin kalau pembeli untuk rumah tangga bisa kita naikkan," lanjut Andri. (tribun network/thf/TribunJakarta.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas