Cerita Suka Duka Karminto Hampir 40 Tahun Jadi Porter di Stasiun Pasar Senen
Karminto merupakan seorang porter atau kuli panggul yang aktif bekerja di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, sejak 1983.
Editor: Adi Suhendi
Laporan Reporter Tribunnews.com, Naufal Lanten
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat mulai dipadati penumpang Kereta Api (KA) perjalanan jarak jauh pada h-11 Lebaran, Kamis (21/4/2022) sekira pukul 10.00 WIB.
Terlihat orang lalu lalang membawa barang masing-masing.
Ada yang berupa koper, tas ransel, hingga kardus-kardus yang diikat kuat.
Tampak sekelompok pria memakai seragam biru dengan bordir warna kuning bertuliskan ‘Porter’ ramai berjejer di tiang-tiang dinding stasiun.
Selain menunggu penumpang yang butuh bantuan, sebagian dari mereka terlihat sedang memanggul kardus besar hingga koper di pundaknya.
Karminto merupakan seorang porter atau kuli panggul yang aktif bekerja di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat, sejak 1983.
Pria berusia 58 tahun ini menceritakan alasan mengapa dirinya menjadi porter di sana.
Karminto mengaku sengaja datang jauh-jauh dari Surabaya, Jawa Timur ke Jakarta untuk mengadu nasib.
Baca juga: H-11 Lebaran, 4.948 Orang Tinggalkan Jakarta via Stasiun Pasar Senen
Hingga akhirnya dia memutuskan bekerja menjadi tukang angkut di stasiun itu.
“Sebetulnya kita pilih kerja yang enak, tapi enggak bisa. Mau saya barangkali porter bisa ikut jadi pegawai, tapi enggak bisa, ya gimana, terpaksa sudah,” ujar pria dua anak ini kepada Tribunnews.com, Kamis (21/4/2022).
Setelah hampir 40 tahun menjadi buruh angkut, Karminto punya banyak pengalaman dan suka duka yang dialami.
Sekira 5 bulan lalu, Karminto dimintai tolong mengantar makanan ke dalam gerbong oleh seorang anak muda.
Setelah diberi tahu nomor rangkaian dan tempat duduk yang dituju, ia bergegas mengantarkan makanan yang dititipkan kepadanya.
Baca juga: Sidak Stasiun Senen, Kapolri Ungkap Tiket Kereta Api Sudah Hampir Ludes Terjual Hingga H-4 Lebaran
Selesai mengantar, Karminto bergegas kembali menemui sosok yang menitipkan makanan kepadanya.
Nahas, anak muda tersebut menghilang. Karminto ditipu.
Upah yang dijanjikan bakal diberi setelah mengantar, hanya isapan jempol belaka.
“Antar makanan, tapi dianya katanya tunggu di luar, enggak tahunya kabur,” ucapnya.
Karminto juga pernah mengalami kecelakaan saat bekerja.
Kala itu, seorang penumpang kereta membayar jasanya untuk mengangkat barangnya ke dalam kereta.
Sebuah tas coba diangkat Karminto kuat-kuat.
Namun beratnya beban dalam ransel itu tidak mampu diangkat, hingga akhirnya ia terjatuh.
Untungnya, tidak ada luka apapun akibat kejadian tersebut.
Pria berkulit sawo matang ini tampak baik-baik saja hingga saat ini.
“Kalau sekarang enggak pernah bawa barang berat. Sekarang kan ditimbang, jatahnya 20 kg per orang,” katanya.
Karminto juga kerap kali dinego ‘sadis’ oleh pengguna jasanya.
Sebagai contoh untuk barang yang dipanggul dari pintu masuk utama Stasiun Pasar Senen, menunju gerbong yang cenderung jauh, dia hanya dibayar Rp 20 ribu.
“Kadang-kadang kita juga nyesel. Nyuruh-nyuruh, tapi bayar Rp 20 ribu aja,” katanya.
Meskipun tak jarang ada penumpang memberikan uang lebih setelah menggunakan jasa porter yang ditawarkan Karminto.
“Kalau kita porter dikasih banyak ya senang lah. Terima kasihnya sekali, kalau 50 ribu bisa 2 kali. terang-terangan saja, seadanya,” ujarnya.