Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Satu Keluarga Tewas di Jakarta Barat Diduga Karena Tidak Makan, Begini Kata Dokter Forensik

Jika kondisi lambung kosong ini berarti tidak ada makanan yang masuk terakhir ke tubuh sudah tercerna

Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Erik S
zoom-in Satu Keluarga Tewas di Jakarta Barat Diduga Karena Tidak Makan, Begini Kata Dokter Forensik
Kolase Tribunnews
Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ade Firmansyah Sugiharto menanggapi tewasnya satu keluarga di Jakarta Barat. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Ketua Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ade Firmansyah Sugiharto menanggapi tewasnya satu keluarga di Jakarta Barat.

Satu keluarga, terdiri dari empat orang, ditemukan meninggal dunia di Perumahan Citra Garden Satu Extention Blok AC 5 No 7, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) sore.

Baca juga: Identitas Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres, Paling Tua Laki-laki Berusia 71 Tahun

Mereka adalah pasangan suani istri, anak, dan ipar dengan inisial masing-masing, suami RG (71), istri RM (66), anak DF (42), dan ipar BG (68).

Ada dugaan mereka meninggal karena kelaparan, mengingat tidak adanya luka akibat penganiayaan pada jasad korban.

Selain itu pada hasil autopsi tidak ditemukan adanya sisa makanan dalam lambung atau organ dalam korban.

Menanggapi hal tersebut, Ade Firmansyah mengatakan menyebut jika kondisi lambung kosong ini berarti tidak ada makanan yang masuk terakhir ke tubuh sudah tercerna.

Karena biasanya lambung akan kosong setelah mencerna makanan dalam waktu empat jam terakhir setelah makan.

BERITA TERKAIT

Sehingga jika kondisi lambung kosong pada jenazah korban, maka dia sudah tidak makan selama empat jam sebelum kematiannya.

Baca juga: Polisi Olah TKP Lanjutan di Rumah Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres, Disemprot Disinfektan

"Kalau lambung tidak berisi makanan itu artinya makanan yang masuk terakhir sudah tercerna dan biasanya lambung akan kosong setelah 4 jam makan terakhir."

"Jadi kalau lambungnya kosong, itu berarti dia sudah tidak makan 4 jam sebelum kematian," kata Ade dalam tayangan 'Sapa Indonesia Malam' Kompas TV, Sabtu (12/11/2022).

Ade pun mengungkapkan untuk memastikan kematian seseorang akibat kelaparan, maka harus dilihat pada temuan-temuan autopsi.

Biasanya ada tanda-tanda tertentu yang bisa dilihat melalui hasil autopsi pada orang yang meninggal karena kelaparan.

Tanda pertama bisa dilihat dulu pada indeks massa tubuhnya dari luar, yakni dengan menghitung berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam meter, dikuadratkan.

Jika hasil indeks massa tubuhnya dibawah 18,5, maka jenazah tersebut sudah mengalami malnutrisi, kondisi medis pada seseorang yang disebabkan oleh asupan gizi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Baca juga: Polisi Temukan Catatan Katering di Rumah Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres Jakarta Barat

"Kita lihat lagi temuan-temuan autopsi lainnya. Yang pertama tentunya kita lihat dulu indeks massa tubuhnya dari luar. Berat badan dibagi dengan tinggi badan dalam meter, dikuadratkan."

"Maka kalau misalnya kita lihat indeks massa tubuhnya dibawah 18,5 artinya sudah terjadi malnutrisi," terang Ade.

Kemudian tanda lainnya bisa dilihat dari kondisi kulit jenazah ketika dicubit, apakah lambat atau tidak.

"Selanjutnya kita lihat lagi dari kulitnya itu sendiri. Kalau kulitnya itu dicubit lambat, ini ada suatu kondisi dehidrasi," imbuhnya.

Lebih lanjut Ade menyebut jika orang meninggal karena kelaparan maka bisa dilihat dalam organ dalamnya yang biasanya banyak terjadi kelainan.

Seperti organ jantung, ginjal, hati yang menjadi kecil ukurannya.

Baca juga: 1 Keluarga Tewas Karena Kelaparan 3 Minggu di Jakarta Barat: 3 Jenazah Lansia Ditaburi Kapur Barus

Lalu pada lambung, usus halus, dan usus besar koran terjadi ulkus atau bintik-bintik berdarah.

"Disini autopsi memegang peranan penting untuk melihat bagian dalam. Kalau orang memang kelaparan maka sebetulnya kita akan lihat banyak kelainan-kelainan di organ."

"Organnya menjadi kecil, seperti jantung, ginjal, hati, itu menjadi lebih kecil, beratnya juga menjadi ringan. Lalu lambung dan usus halus, usus besar itu bisa terjadi ulkus atau bintik-bintik berdarah misal."

"Jadi itu semua baru kita bisa mengatakan memang betul pada suatu kondisi kelaparan," jelas Ade.

Hasil Autopsi Jasad Satu Keluarga di Kalideres

Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, satu keluarga yang beranggotakan empat orang ditemukan tewas di Citra Garden Satu Extention Blok AC 5 No 7, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) sore.

Adapun empat orang yang ditemukan tewas itu terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan ipar

Sementara identitas keempatnya masing-masing suami RG (71), istri RM (66), anak DF (42), dan ipar BG (68).

Baca juga: Misteri Kematian Satu Keluarga di Kalideres, Spekulasi Kelaparan hingga Fakta Kondisi Dalam Rumah

Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan adanya luka akibat penganiayaan pada empat jasad korban.

Demikian disampaikan oleh Kanit Kriminal Umum Polres Metro Jakarta Barat, AKP Avrilendy, Kamis (10/4/2022).

"Kalau sementara sih tidak ada tanda-tanda kekerasan, luka nggak ada," ujarnya.

Sementara itu menurut Kapolsek Kalideres AKP Syafri Wasdar, dari hasil autopsi tidak ditemukan adanya sisa makanan pada organ dalam keempat korban.

"Kalau di lambungnya tidak ditemukan sisa makanan, artinya mungkin dia tidak makan dalam dua hari atau beberapa hari gitu," kata Syafri.

Hal tersebut juga dibenarkan oleh Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol Pasma Royce, Jumat.

Pasma menyebut kondisi keempat korban diketahui tampak mengering diduga karena korban mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan.

Baca juga: Wali Kota Jakarta Barat Sebut Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres Tidak Bersamaan Waktunya

"Otot-ototnya sudah mengecil, artinya ada kekurangan cairan, dehidrasi. Sehingga tubuh mayat ini menjadi kering, jadi mumifikasi," ujarnya.

Dari hasil autopsi juga diketahui bahwa keempat korban meninggal sejak 3 pekan lalu dengan waktu kematian berbeda.

"Berdasarkan keterangan forensik bahwa kematian ini dari 3 minggu yang lalu. Jasad bapak, ibu, dan iparnya semuanya di waktu berbeda meninggalnya. Sehingga waktu pembusukan jasad masing-masing berbeda," terangnya.

Kendati demikian, pihak kepolisian belum bisa memastikan penyebab kematian satu keluarga tersebut.

"Dokter RS Bhayangkara Polri akan memeriksa hati dan organ yang lainnya terkait kematian, sehingga bisa spesifik penyebab kematian keluarga ini," tambah Pasma.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Nanda Lusiana Saputri)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas