Ibu Bocah Korban Rudapaksa Diomeli Kanit Polres Metro Jaktim saat Tanyakan Kasus, Diminta Sabar
Ibu bocah korban rudapaksa mengaku diomeli Kanit Polres Metro Jakarta Timur karena kerap menanyakan kasus anaknya.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.com - Ibu bocah korban rudapaksa, Farida (32), mengaku diomeli seorang Kepala Unit (Kepala Unit) di Polres Metro Jakarta Timur saat menanyakan proses kasus anaknya, NHR (9).
Ia mengaku bingung lantaran pelaku rudapaksa NHR, UH (65), tak kunjung ditangkap meski sudah mengakui perbuatannya.
"Saya bingung, pelaku enggak langsung ditahan pas jujur di Pak RT. Pas lapor ke polisi kenapa enggak langsung ditangkap, 'kan udah ada korban dan saksi."
"Saksi yang dengar keterangan UH pas di rumah RT juga banyak," ungkap Farida saat ditemui di Pinang Ranti, Makasar, Jakarta Timur, Rabu (14/6/2023), dilansir Kompas.com.
Karena itu, Farida kerap menanyakan proses kasus anaknya kepada Polres Metro Jakarta Timur.
Hingga suatu hari, tepatnya setelah Idulfitri 1444 H, ia dipanggil oleh seorang Kanit Polres Metro Jakarta Timur lantaran ada sejumlah orang yang meneleponnya terkait kasus rudapaksa terhadap NHR.
Baca juga: Polisi Tangkap Ayah yang Rudapaksa Anak Tiri hingga Hamil di Jakarta Utara, Pelaku Sembunyi di Bogor
Padahal, Farida merasa tak pernah membicarakan laporan kasus rudapaksa NHR yang teregistrasi dengan nomor LP/B/621/III/SPKT/POLRES METRO JAKARTA TIMUR/POLDA METRO JAYA tertanggal 7 Maret 2023, ke pihak manapun.
Oleh Kanit itu, Farida diminta agar tak melapor ke pihak lain.
"Saya sempat dipanggil Kanit. Saya dimarahin dan diomelin, (ditanya) sudah laporan ke mana saja."
"Karena, katanya ada tiga orang sudah telepon dia," kisah Farida.
Lebih lanjut, Farida mengaku ia hanya diminta sabar untuk menunggu kelanjutan proses kasus anaknya.
Menurut pengakuan Kanit kepada Farida, kasus sedemikian rupa tidak bisa segera diselesaikan.
"Polres bilang suruh sabar, masalah kayak gini enggak satu sampai dua bulan selesai," ungkapnya.
Farida mengungkapkan, sejak dirinya melaporkan kasus rudapaksa terhadap NHR, korban dan sejumlah saksi sudah dipanggil untuk pemeriksaan.
Sementara, si pelaku baru dipanggil satu kali, yaitu pada April 2023.
"Pelaku juga masih nyantai-nyantai aja di rumah (sejak dilaporkan)."
"Sekarang ini, dengar-dengar katanya sudah pindah sekeluarga, enggak ada yang tahu ke mana," pungkasnya.
Kronologi Kejadian
UH, si pelaku, diduga merudapaksa korban sebanyak lima kali sepanjang 2021-2022 di Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur.
Baca juga: Terungkap Motif Pembunuhan Siswi SMP yang Jasadnya Terbungkus Karung, Pelaku Sempat Rudapaksa Korban
Pelaku melampiaskan aksi bejatnya di tempat yang berbeda-beda.
Kekejaman pelaku ini baru terungkap setelah korban bercerita pada temannya, DH (12).
Mendengar cerita itu, DH pun melapor ke keponakan Farida, AP (15).
"Dia (korban) cerita (dirudapaksa pelaku). DH langsung cerita ke ponakan saya," ungkap Farida, masih mengutip Kompas.com.
Pelaku kemudian dibawa ke rumah Pak RT setempat dan mengaku perbuatannya di hadapan keluarga korban.
"Pelaku dipanggil, dan dia mengakui perbuatannya," ujar Farida.
UH mengaku merudapaksa korban pertama kali di rumahnya.
Empat kali berikutnya, pelaku merudapaksa korban di gudang depan rumahnya.
Pada Desember 2022, NHR hampir kembali menjadi korban rudapaksa UH, namun hal itu diketahui oleh DH.
DH yang tidak sengaja melihat korban dan pelaku di dalam gudang, berhasil menggagalkan niat pelaku.
Setelah pertemuan di Pak RT, Farida dan keluarga langsung melapor ke Polsek Cipayung.
Diketahui, Farida dan anaknya tinggal terpisah.
Farida tinggal di Pinang Ranti, Makasar, sedangkan NHR bersama neneknya di Lubang Buaya, Cipayung lantaran letak rumah sang nenek lebih dekat ke sekolah.
Baca juga: Profil Bintang Puspayoga, Menteri PPPA yang Kunjungi Gadis Korban Rudapaksa 11 Pria
Ibu Korban Sempat Pergoki Ada Luka Memar
Sebelum aksi bejat pelaku terungkap, Farida sempat mendapati ada luka memar di selangkangan anaknya.
Hal ini diketahui Farida saat korban mengeluh sakit ketika buang air kecil pada 2021 silam.
Meski demikian, korban tak berani berterus terang dan mengatakan dirinya terbentur sepeda.
"Kalau pipis bilangnya sakit. Saya tanya kenapa, katanya kepentok sepeda," kata Farida.
Ia pun membawa anaknya ke puskesmas untuk berobat.
Setelahnya, Farida mengaku anaknya tak pernah mengeluh lagi.
"Saya periksa juga, ada memar biru selangkangannya, Saya obatin, bawa ke puskesmas," ungkapnya.
Farida baru mengetahui aksi bejat pelaku dari keponakannya pada Maret 2023 lalu.
Namun, saat Farida dan keluarga berniat melaporkan pelaku, pengurus RT di tempat tinggal NHR di Lubang Buaya sempat menyarankan agar diselesaikan secara damai.
Pernyataan itu disampaikan pengurus RT pada 6 Maret 2023, setelah Farida mengetahui anaknya dirudapaksa.
"Awalnya, sebelum ke Polres, pengurus RT bilang kenapa enggak diselesaikan secara kekeluargaan dulu," tutur Farida, dilansir Kompas.com.
Meski demikian, Farida akhirnya melapor ke polisi, namun hingga kini pelaku tak kunjung ditangkap.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com/Nabilla Ramadhian)