Warga Perkampungan Kumuh Kolong Tol Jelambar Ketakutan Didatangi Wartawan Pasca Video Viral Youtuber
Puluhan warga penghuni kolong tol Cawang-Pluit menolak awak media terus-terusan mengeskpos tempat tinggal mereka lantaran malu dan takut diusir.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Warga penghuni pemukiman kumuh di kolong tol Cawang - Pluit, Jelambar, Jakarta Barat, ketakutan ketika didatangi wartawan yang akan meliput kehidupan mereka pasca video viral seorang Youtuber yang mengulas pemukiman ini di media sosial.
Puluhan warga penghuni kolong tol Cawang-Pluit menolak awak media terus-terusan mengeskpos tempat tinggal mereka lantaran malu dan takut diusir oleh pengelola jalan tol dan aparat pemerintah.
Sebelumnya, seorang vloger YouTube memviralkan tempat tinggal mereka dengan blusukan mendatangi kawasan pemukiman kumuh tersebut.
Para warga kini merasa nasibnya terancam. Karenanya, mereka kini menolak segala bentuk peliputan bahkan meski dilakukan oleh wartawan yang legal tercatat di dewan pers.
Saat Wartakotalive.com menghampiri kawasan tersebut, Rabu (21/6/2023), para warga hanya melemparkan pandangan sinis sembari merutuk.
Mereka berupaya menegaskan agar tidak lagi diekspos untuk menjadi viral.
"Haduh, enggak ada yang bisa diharapkan dari pemerintah. Karena apa? Kami tinggal di tempat yang salah, kami udah tahu kok. Nanti kalau kami jadi viral, kami digusur, kami yang repot," ujar salah satu warga yang merutuk kala awak media menyambanginya.
"Nanti kalau digusur, kami yang repot, yang tinggal di sini yang repot. Bukan yang datang cari berita. Susah, mereka yang punya penghasilan, kami yang terdampak," lanjut dia.
Vlog seorang Youtuber yang menelusuri kawasan pemukiman kumuh kolong tol Cawang-Pluit kini videonya viral dan sudah ditonton oleh pengguna YouTube sebanyak 476 ribu kali.
Baca juga: Ditjen Cipta Karya PUPR Entaskan 6.872 Hektare Pemukiman Kumuh Selama 2022
Alhasil, banyak awak media yang kemudian datang untuk menengok dan menyambangi wilayah tersebut.
Namun, hal itu rupanya membuat warga takut jika tempat tinggalnya terancam digusur.
Mereka dibantu ormas pun berupaya mengahalangi tiap media yang datang untuk melihat potret kehidupan masyarakat di bawah kolong tol Cawang-Pluit tersebut.
Atas kejadian itu, Rian mewakili warga kolong tol Cawang - Pluit meminta maaf.
"Kami dari warga Tanjung Duren kepada awak media bilamana kami bersalah untuk menghalangi anda semua, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya," kata Rian saat ditemui di lokasi, Rabu.
"Jadi kami sama-sama mengerti dengan tugas kami masing-masing sesuai kami menjalankan tugas kami, anda pun menjalankan tugas. Jadi mohon maaf sebesar-besarnya. Di sinilah kami minta maaf dengan sangat mohon ya," imbuh dia.
Kendati begitu, Rian meminta agar perkara ini tidak dibesar-besarkan, termasuk pengeksposan kehidupan warga di kolong tol Cawang - Pluit.
"Jadi jangan dibesar-besarkan lah, enggak ada hasilnya gitu. Jalankan apa kehidupan kami masing-masing aja," jelasnya.
Rian mengungkap, alasannya sempat melarang wartawan adalah sebab warga takut jika informasi yang dipublikasikan bisa berdampak pada penggusuran.
Sementara, mereka tak punta tempat lain untuk bermukim, jika tidak di tempat tersebut.
Apalagi dengan penghasilan yang tak menentu dan tak seberapa tiap harinya, membuat warga kesulitan untuk menyewa kontrakan.
"Kami warga dari Tanjung Duren ini takut juga ya ada penggusuran gitu. Nah jadi kami harus berusaha, karena dari awal media berkembang dari kecil sampai besar nantinya," kata Rian.
Dia mengaku, para warga ingin hidup tenang apa adanya saja seperti hari-hari biasanya.
"Kami mau hidupnya tenang aja gitu. Jangan sampai, ya kalau ada memang artis atau bantuan apa gitu kalau tujuan ke sini baik ya enggak apa-apa, tapi jangan diperkembangkan di media, dibesar-besarkan," ungkap Rian.
"Jangan lah, kami nyari ketenangan aja. Biar hidup di kolong, hidup apa adanya," lanjutnya.
Menurut Rian, para warga di tempat itu memiliki profesi yang beragam. Mulai dari sopir bajaj, petani, dan pedagang.
Dirinya berharap, para warga di kolong tol Cawang - Pluit tak mendapatkan penggusuran buntut viralnya tempat tinggal mereka.
"Enggak ada mengharapkan apa-apa, biasa-biasa aja kami juga. Kalau memang mau dibantu silakan, ada sekolahan ada apa, silakan. Tapi jangan sampai mencari hasil masing-masing lah gitu ya," ujar Rian.
"Ada artis kemaren datang ya cari sensasi aja gitu, cari nama. Bantu sekolahan atau musala tapi tujuannya itu cari nama baiknya dia sendiri," pungkasnya.
Pendataan Kelurahan
Sementara itu, pihak lurah Jelambar telah menyambangi warga di kolong tol Cawang - Pluit tersebut. Dia menyampaikan, kunjungannya itu untuk melakukan pendataan warga yang bermukim.
Total, ada sekira 32 KK dan 100 orang yang tinggal di tempat tersebut.
"Kami melakukan pendataan ulang terkait dengan kondisi yang ada di sini, di area Jasa Marga terhadap adanya masyrakat atau warga yang bermukim atau tinggal di bawah kolong tol," kata Lurah Jelambar Baru, Danur Sasono saat dikonfirmasi, Rabu.
Laporan reporter Nuri Yatul Hikmah | Sumber: Warta Kota