Kasus Ibu dan Anak Tewas di Cinere: Krimonolog Duga Korban Menutup Diri Sejak Suami Meninggal
Keluarga mulai menutup diri adalah saat suami dari Grace yang juga ayah kandung dari David meninggal dunia pada tahun 2011.
Editor: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perlahan teka-teki mengenai penemuan jasad ibu dan anak di sebuah rumah mewah kawasan Cinere, Depok, Jawa Barat mulai terkuak.
Ketua RW Perumahan Bukit Cinere Indah, Jalan Puncak Pesanggrahan 8 No.39, RT 01 RW 16, Herry Meidjiantono mengatakan sosok keluarga Grace Arijani Harahapan (68) bikin dirinya keheranan.
Baca juga: Update Kasus Ibu dan Anak Tewas di Cinere, Adik Korban Tak Komunikasi Selama 12 Tahun
Sebab kata Herry berdasarkan keterangan dari adik Grace, ia terakhir kali berkomunikasi langsung dengan kakaknya 12 tahun lalu, tepatnya pada tahun 2011.
Kala itu keduanya berkomunikasi soal suami Grace yang meninggal dunia. Melihat hubungan Grace dan adiknya, Herry merasa sangat keheranan.
"Adiknya mengatakan, pada tahun 2011 itulah dia berinteraksi langsung dengan kakaknya. Keluarga sendiri seperti itu ya,"ucap Herry, Minggu(10/9/2023).
Herry juga menyebut Grace Arijani Harahapan dan David Ariyanto dikenal jarang bergaul dengan warga di lingkungannya. Bahkan, keduanya juga jarang kedatangan tamu dari luar, meskipun itu adalah keluarga sendiri.
Setiap hari, rumah mereka lebih banyak tertutup rapat. Hal itu dapat diketahui dengan mudah.
Sebab, setiap tamu yang berkunjung ke perumahan, bakal dimintai kartu identitas, baik itu SIM atau KTP untuk ditukar dengan kartu akses masuk
"Sejauh yang saya tahu tidak pernah ada tamu atau keluarga yang pernah berkunjung (ke rumah
Grace)," kata Herry.
Ia menambahkan, saking tertutupnya Grace Arijani Harahapan dan David Ariyanto keduanya tidak pernah terlibat dalam berbagai acara sosial di kompleks tersebut. Bahkan, mereka menolak dimasukkan ke dalam grup WhatsApp (WA) warga.
Baca juga: Sederet Kejanggalan Ibu dan Anak Tinggal Kerangka di Cinere, Mirip Kematian 1 Keluarga di Kalideres?
"Kalau secara informasi dari warga sekitar, mereka itu tertutup dan tidak berkomunikasi dengan depan, dengan tetangga,"kata Herry.
Bahkan, sebagai pengurus lingkungan, Herry mengaku tidak pernah sekali pun mengobrol tatap wajah dengan keduanya.
"Kalau di RT, RW ada grup WA, dia enggak mau dimasukkan nomor HP-ya. Karena tertutup ya enggak bergaul juga," kata Herry.
"Kalau komunikasi, cuma terbatas simpel saja, misal dia kalau belanja ke warung sebelah itu dia cuma lewat begitu saja, enggak ada interaksi," sambung dia.