Menghalau Intoleransi Melalui Semangat Saling Mengasihi Sesama Ciptaan Tuhan
Toleransi adalah bahasa universal yang mampu menembus ruang dan waktu. Toleransi bahkan bisa menjembatani jurang keyakinan dan keimanan yang sebelumny
Editor: Toni Bramantoro
“Kita justru harus menunjukkan keberpihakan dan semangat kasih kepada mereka yang lemah dan diperlakukan diskriminatif, serta dikekang bahkan dikorbankan hak-haknya oleh para penguasa,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa contoh semacam inilah yang bisa menjadi rujukan bahwa semangat kasih dan toleransi itu adalah bagian dari sikap bangsa Indonesia untuk berkorban meninggalkan kenyamanan demi menghargai keberagaman yang ada di sekitar.
Mengenali hal yang berbeda dengan keyakinan awal tentunya akan menuntut masyarakat masuk pada wilayah pergaulan dan pemikiran yang jauh berbeda dibandingkan dengan lingkungan sosial sebelumnya.
“Sudah semestinya kita mau menjadikan diri kita memiliki toleransi dan berdamai dengan keadaan sekitar, sekalipun mungkin itu mengganggu kita atau berbeda dengan yang kita yakini. Masyarakat Indonesia harus memahami bahwa mereka perlu membangun serta menjembatani keberagaman yang ada. Melalui semangat saling mengasihi tadi, kita akan mempunyai sikap yang memanusiakan manusia,” papar Pdt. Jimmy.
Jebolah magister Religious and Cultural Studies UGM ini beranggapan bahwa tidak ada satu entitas masyarakat atau negara yang bebas dari masalah dan tantangan.
Kelanjutan masa depan bangsa akan sangat bergantung pada bagaimana anak bangsa menyikapi segala rintangan. Melalui perspektif yang membangun serta memanusiakan orang lain, dengan sendirinya bisa mengasihi sesama manusia.
“Bergerak melalui pemahaman itu, kita dapat membangun toleransi dalam hidup bersama. Kita berharap kehadiran dan kontribusi segala elemen bangsa dapat menjadi ‘garam’ (memberi pengaruh baik) dan ‘terang’ (sinar yang menerangi) dan kita betul-betul menjadi keberkahan bagi negeri ini,” kata Pdt. Jimmy.