7 Fakta Baru Remaja Wanita Bunuh Ayah Kandung di Duren Sawit, Hilangkan Jejak Hingga Bersandiwara
Terungkap tujuh fakta baru terkait kasus remaja wanita bunuh ayah kandung di Duren Sawit, Jakarta Timur. Pelaku cuci pisau untuk hilangkan jejak.
Editor: Adi Suhendi
Terpisah Ketua di lokasi kejadian, Komarudin mengatakan pada malam korban terakhir terlihat, K terpantau empat kali keluar masuk kios.
"Ada warga yang melihat sekitar empat kali keluar masuk kios terus pergi ke minimarket. Tapi enggak tahu untuk apa," kata Komarudin.
Namun, warga tak curiga karena sejak dua bulan S menyewa kios dan tinggal bersama kedua putrinya.
Terlebih tak terdengar suara gaduh atau keributan dari kios tempat korban ditemukan tewas ketika peristiwa terjadi.
5. Cuci Pisau Untuk Hilangkan Jejak
K diketahui mencuci pisau dapur yang digunakan untuk membunuh ayah kandungnya.
Ia sengaja mencuci pisau tersebut untuk menghilangkan jejak.
"Pisau dapur itu habis ngambil dari dapur, nusuk, dilawan, kemudian nusuk dua kali, kemudian dicuci. Sempat dicuci oleh anak K ini," kata Ade Ary.
Polisi saat ini telah menyita pisau tersebut sebagai barang bukti.
Polisi juga telah memeriksa pisau itu di laboratorium forensik.
"Pisau telah dilaksanakan pemeriksaan secara laboratoris bahwa darah yang ada di pisau itu benar darah korban," kata dia.
6. Tunggu Kios Sepi Sebelum Bunuh Ayah Kandung
Diketahui K melakukan aksinya sendirian saat kios sepi.
K membunuh ayahnya setelah pegawat kios berinisial I pamit meninggalkan toko pada Rabu (19/6/2024) dini hari.
"Saat itu di rumah (kios) ada korban, tersangka K, dan adik tersangka KS. Ini seorang perempuan yang isunya 16 tahun dan juga merupakan anak korban," ujar Ade Ary.
Tak lama kemudian, adik K juga keluar meninggalkan toko sehingga tersisa tersangka dan korban di tempat kejadian perkara.
Saat suasana sepi, K pun menghabisi nyawa ayahnya.
7. Sosok Pelaku
K dan adik diketahui merupakan remaja putus sekolah sejak SMP.
Keduanya tinggal bersama sang ayah setelah, kedua orang tua mereka berpisah.
Namun, pengurus lingkungan tidak mengetahui secara pasti penyebab kedua anak korban putus sekolah.
Karena S dan dua anaknya baru dua bulan terakhir menyewa kios dilokasi kejadian.
Secara data kependudukan dan pencatatan sipil S masih tercatat sebagai warga Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
"Kabarnya anak-anaknya sudah enggak sekolah. Saya enggak mengenal persis karena almarhum baru dua bulan tinggal. Tapi karyawannya itu selama dua bulan ikut sama almarhum," Ketua RW lokasi kejadian, Komarudin.
Terpisah, tetangga S bernama Roso (52) mengungkap K sehari-hari hidup di jalan.
K biasanya menjadi pengamen di wilayah Depok, Jawa Barat.
“Pengamen ondel-ondel gitu, cuma di wilayah Depok,” kata Roso (52) saat ditemui di sekitar lokasi kejadian, Senin (24/6/2024).
K disebut jarang pulang ke kios yang ditempati S untuk berjualan perabot rumah tangga.
(tribunnews.com/ abdi/ tribunjakarta.com/ bima/ Annas Furqon Hakim)