Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

2 Remaja Putri Habisi Ayah Kandung di Jakarta Timur, Ini Perintah Kakak kepada Adik

Alasannya keduanya membunuh karena sakit hati, sering dipukuli, disebut sebagai anak yang tidak berguna, dan anak haram

Editor: Erik S
zoom-in 2 Remaja Putri Habisi Ayah Kandung di Jakarta Timur, Ini Perintah Kakak kepada Adik
Tribunnews
Kronologi tewasnya seorang bos perabot bernama Syafrin (55) di kawasan Kanal Banjir Timur (KBT), RW 03, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur di tangan putrinya sendiri, KS (17), diungkap pihak kepolisian. 

Lalu, setelah membunuh, keduanya pergi dari lokasi pembunuhan dan terekam kamera electronic traffic law enforcement (ETLE).

"Anak KS dan Anak PA telah dilakukan penahanan, namun saat ini sedang dibantarkan ke Rumah Sakit Polri Kramatjati untuk dilakukan observasi psikiatrikum," tuturnya.

Tanggapan Psikolog

Psikolog anak sekaligus Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI),Seto Mulyadi ungkap jika ada beberapa faktor yang mendorong anak jadi pelaku tindak kekerasan. 

"Penyebab utamanya bisa saya dari orangtua, yang mendidik dengan kekerasan. Bisa juga dari lingkungan pergaulan. Atau dari berbagai informasi yang diperoleh media sosial," ungkapnya pada Tribunnews, Minggu (30/6/2024).

Di media sosial kadang kala kerap menunjukkan masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan. 

Baca juga: Pedagang Perabot di Jaktim Tewas di Tangan Anak Gadisnya, Polisi : Pelaku Satu Orang

Informasi seperti ini dapat mendominasi anak-anak dan remaja untuk melakukan tindak kekerasan. 

Untuk mengatasi hal ini, laki-laki yang akrab disapa kak Seto ini mengatakan perlu ada pembenahan dari sistim pendidikan di Indonesia. 

BERITA REKOMENDASI

"Pendidikan kita terlalu menekankan pada kemampuan logika.  Yang dinilai itu akademik saja. Tetapi kecerdasan emosional, tidak dilatih dan dikembangkan dalam sistim pendidikan kita," kata kak Seto. 

Seharusnya, selain nilai akademik, pendidikan di Indonesia perlu mengajarkan perilaku sopan dan santun. 

"Di tata dulu sistim pendidikan. Ada lima hal yaitu etika, estetika, Ilmu pengetahuan dan teknologi, nasionalisme dan kesehatan termasuk kesehatan mental," tambahnya. 

Selain itu, kak Seto juga mengimbau orang tua untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya. 

"Zaman dulu anak dituntut untuk menurut. Kalau menurut dianggap baik. Kalau sekarang tidak bisa. Anak bisa mendapat informasi lebih banyak di media sosial. Dia bisa membandingkan," imbuh kak Seto. 

Ayah dan ibu hendaknya saling bekerja sama untuk mendidik anak.

Paling paling adalah mulai mendengarkan dan mempertimbangkan  pendapat anak.  

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas